Harapan Di Tengah Ancaman ASF

Oleh: Apriyanto Hangga.          

Ternak babi, merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas keseharian masyarakat Sumba pada umumnya. Tahun 2019 mulai muncul virus ASF (African Swine Fever) yang membuat lebih dari 75% ternak babi di Sumba mati hingga 2021. Dengan berjalannya waktu, pertengahan 2022 yang lalu, virus ini mereda dan bahkan tidak nampak sehingga membuat kegiatan peternakan mulai kembali menggeliat. Pengamatan lapangan menunjukan bahwa kegiatan peternakan babi sudah kembali normal seperti sedia kala di Sumba.

Keadaan bebas virus ASF ternyata tidak berlangsung lama, hanya kurang lebih 6–8 bulan saja virus ini muncul lagi. Medio Februari 2023, informasi serangan virus dari pulau-pulau sekitaran Sumba membuat galau dan panik para peternak di Sumba. Inilah yang ditakutkan para peternak. Kandang-kandang yang sudah lama tidak terisi, dan baru mulai berpenghuni,  para peternak yang mulai bersemangat kembali, harus menerima keadaan serangan ulang virus yang memupus harapan dan impian kejayaan ternak babi.

Para pemangku kebijakan ternak di Sumba langsung mengambil tindakan tegas dengan cara memotong rantai pasokan ternak ke Sumba dengan tujuan menutup akses masuk virus. Namun apa daya, langkah tegas pun tak menjamin keamanan ternak babi, dan saat ini para peternak dalam ketidakpastian dan harap cemas karena  banyak ternak babi yang sakit dan bahkan mati mendadak. Parahnya, belum ada kejelasan apakah ternak tersebut mati karena virus ASF atau virus lain.

Bagi para pencinta dan peternak babi saat ini ibarat seperti menunggu petaka yang siap menyambar bahkan mulai tipis harapan. Beberapa peternak yang babinya telah mati, merasa sangat terpukul karena untuk mendapatkan ternak setelah serangan virus pertama sangat sulit dan harganya pun lumayan tinggi, dan kini harus berhadapan lagi dengan keganasan virus ini. Sudah tentu banyak peternak yang putus asa dan tidak mau lagi memelihara ternak babi. Sebagai peternak babi, hati ini masih sangat berharap semoga badai ini cepat berlalu dan Tuhan masih menolong untuk meloloskan babi yang masih ada. Berbagai langkah pencegahan telah dilakukan, bahkan ternak diisolasi. Harapan masih ada namun karena banyak ahli bidang peternakan mengatakan bahwa virus ASF belum memiliki obat, sehingga para peternak tinggal pasrah pada keadaan.

Kondisi jalanan kembali mengeluarkan aroma busuk karena ulah para peternak yang membuang bangkai babi tanpa prosedur yang benar. Inilah gambaran situasi kehidupan ternak babi sampai medio April 2023 di Sumba. ***


Komentar