Oleh Frans Fredy Kalikit Bara, S.E.
Dalam aktivitas pertanian, irigasi merupakan salah satu bagian yang cukup penting, karena merupakan sumber hidup tanaman dan hal ini adalah salah satu pekerjaan yang cukup berat di sisi petani. Irigasi juga menjadi salah satu penentu untuk meningkatkan hasil produksi yang maksimal dalam aktivitas usaha di bidang pertanian hortikultura. Pulau Sumba Secara umum memiliki potensi sumber daya tanah yang cukup luas dan memiliki sumber daya air yang cukup melimpah, namun pada kenyataannya masih cukup banyak lahan yang belum dikelola secara maksimal oleh petani, oleh karena itu dibutuhkan kemampuan sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengelola potensi sumber daya alam tersebut. Melihat dari persoalan di atas STUBE HEMAT mengangkat tema diskusi tentang ”Sistem irigasi permukaan dan sistem irigasi tetes pada tanaman hortikultura”. Tema ini bertujuan untuk mengajak para petani muda dalam hal ini mahasiswa dan pemuda gereja mempelajari dua metode irigasi ini dan mengetahui manfaatnya.
Kegiatan dilakukan di Lokasi Pusat Studi Pertanian Hortikultura–Lambanapu (Rabu, 28/09/2022). Adapun peserta yang ikut pelatihan ini terdiri dari mahasiswa, anggota petani muda Panah Merah dan juga pemuda gereja yang baru menyelesaikan studi dan berkomitmen menjalankan usaha pertanian hortikultura. Dalam pelatihan ini, narasumber menjelaskan keunggulan dan kelemahan dari sistem irigasi permukaan dan sistem irigasi tetes. Narasumber tidak hanya menjelaskan materi di dalam ruangan tetapi juga mengajak peserta di lokasi untuk mengenal lebih dalam manfaat praktis dua metode irigasi yang dipelajari.
Irigasi tetes memiliki beberapa
keunggulan yakni: 1) Meningkatkan nilai guna air, menghemat penggunaan air, 2) Meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan hasil, 3) Pemberian air yang tepat sasaran dan terukur,
menekan pertumbuhan gulma, 4) Menghemat tenaga kerja, 5) Penyiraman serentak
dalam jumlah populasi tertentu. Adapun kelemahannya adalah: 1) Sering terjadi
penyumbatan pada lubang emitter sehingga memerlukan perawatan yang intensif, 2)
Membatasi pertumbuhan tanaman. Pemberian air yang agak terbatas pada sistem
irigasi tetes akan menimbulkan resiko kekurangan air bila perhitungan kebutuhan
air kurang cermat, 3) Sistem irigasi tetes memerlukan biaya yang cukup tinggi,
4) Anti terhadap zat kapur, air berlumut dan berlumpur.
Keunggulan irigasi permukaan, yakni: 1) Tanaman
dan lahan tidak akan pernah kekeringan, 2) Petani memiliki banyak waktu melakukan pekerjaan lain, 3) Dalam seminggu
bisa dilakukan hanya 2 kali penyiraman. Kelemahan dari sistem irigasi permukaan: 1) Pertumbuhan
tanaman tidak terlalu baik karena akar yang terendam permanen tidak mendapatkan
cahaya matahari yang cukup, 2) Tingkat pertumbuhan gulma cukup tinggi, 3) Tanah
cepat padat, 4) Unsur hara dalam tanah mudah terkikis, 5) PH tanah cepat drop.
Dua metode irigasi di atas memiliki keunggulannya masing–masing dan petani tinggal memilih sesuai dengan kondisi lahan yang dimilikinya. Adapun harapan yang ingin dicapai dari pelatihan ini yakni peserta mengetahui lebih mendalam terkait sistem irigasi tetes dan sistem irigasi lapangan, mampu menerapkannya di lahan masing–masing, bisa membandingkan penyiraman secara konvensional dengan irigasi permukaan dan irigasi tetes, dapat mengambil keputusan yang cerdas dalam menentukan pilihan dari dua metode irigasi yang dipelajari.
Para peserta cukup antusias mengikuti
kegiatan ini dan salah satu peserta bernama Berto menyampaikan, “Pelatihan ini
memberi ilmu baru bagi saya dan saya berharap pada pelatihan selanjutnya kita
bisa sama–sama berdiskusi tentang gerakan–gerakan ekonomi kreatif yang
dilakukan komunitas orang muda.” Anak muda, terus berkarya. ***
Komentar
Posting Komentar