Local Hero dan Perubahan-Perubahan

Menurunnya minat kaum muda di Indonesia untuk kembali ke desa dan mengambil keputusan ke sektor riil adalah salah satu persoalan nasional yang sudah lama menjadi pokok pembahasan bersama. Berdasarkan data Pusat Statitik 2021 dilihat dari faktor umur, sekitar 17,29% atau sebanyak 6,61 juta adalah tenaga kerja pertanian berusia kurang dari 30 tahun, kemudian sekitar 29, 15% atau sebanyak 11,14 juta orang berusia 30–44 tahun, lalu sekitar 32,39% atau sebanyak 12,38 juta orang berusia antara 45–59 tahun, dan sekitar 21,7% atau sebanyak 8,09 juta orang berusia di atas 60 tahun. Dari data di atas nampak bahwa minat generasi muda untuk mencintai pertanian masih sangat kurang. Namun ada hal yang menarik, di Sumba mulai bertambah jumlah orang muda yang bekerja di sektor pertanian. Dari jumlah awal 4 orang hingga kini sudah bertambah menjadi kurang lebih 25 orang dalam kurun waktu 2 tahun (2018-2020)

Sebagai salah satu bentuk tanggapan terhadap persoalan tersebut STUBE HEMAT melalui program multiplikasi memfasilitasi dialog yang mengangkat tema tentang ”Kaum Muda kembali ke Desa untuk membangun Desa” yang diselenggarakan di Lambanapu (21/03/ 2022),  mulai pukul 09.00 sampai dengan selesai. Saat ini desa sedang membutuhkan campur tangan kaum muda untuk menyentuh potensi– potensi riil yang ada. Kaum muda dipandang sebagai generasi yang tangguh, memiliki cara pandang yang progresif dalam hal pembangunan jangka pendek dan jangka panjang dan kreatif serta inovatif. Sebagai nara sumber utama dalam dialog ini adalah  Drs. Samsul Widodo, MA (staf ahli mentri bidang hubungan antara lembaga Kementrian Desa, PDT dan transmigrasi) dan Yuli Sri Wilanti, S.Pi., M.P (asisten deputi pengembangan agribisnis hortikultura kementrian koordinator bidang perekonomian dan staf kemenko perekonomian).

Pembicara pertama menegaskan agar kaum muda Sumba memiliki rasa kepedulian untuk membangun desanya. Tujuan kedatangan ke Sumba selain kunjungan lapangan sebagai bentuk pengamatan awal dan menemukan solusi untuk mendukung pembangunan desa sekaligus dalam rangka mencari local hero. Lokal Hero yang dimaksud adalah sosok orang muda yang aktif melakukan perubahan-perubahan di desa atau di daerahnya. Hasil dari tindakan tersebut akan dijadikan model atau contoh untuk pembangunan di desa. Yuli Sri Wilanti narasumber kedua lebih fokus melihat apakah program pemerintah pusat sudah optimal terealisasi di lapangan atau belum, serta mengkoordinasikan program-program yang ada. “Bicara pertanian berarti kami harus turun ke lapangan dan mengamati untuk memiliki perhatian khusus terlebih di wilayah NTT,” tegasnya.

Suasana diskusi dalam dialog ini cukup hidup diwarnai dengan pertanyaan- pertanyaan menarik, ada yang bertanya seputar alat pertanian, bantuan benih dan pupuk, atau pun sistem pola tanam. Ada yang menarik saat salah satu penanya menyatakan bersyukur adanya bencana Seroja April 2021, karena petani beralih profesi dari bertani padi sawah ke bertani hortikultura karena ternyata lebih menguntungkan. Adapun peserta yang hadir dalam kegiatan ini yakni mahasiswa UNKRISWINA jurusan Agroteknologi dan Agribisnis, Camat Kambera, Lurah Lambanapu, Kepala BP3K Lambanapu, PPL, Direktur Caritas Waitabula, tokoh masyarakat dan anggota Petani Muda Panah Merah Sumba. Harapan dari kegiatan dialog ini adalah makin banyak orang muda yang mencintai dunia pertanian, bersedia kembali ke desa serta menjadi pelaku perubahan dan menjadi local hero yang memiliki pengaruh positif untuk daerah, lingkungan dan masyarakat. ***

Komentar