Oleh: Frans Fredy Kalikit Bara.
Tingkat kesuburan tanah tidak selalu stabil bahkan terus mengalami pengikisan yang disebabkan oleh perilaku bertani yang sifatnya monokultur, hanya fokus pada satu jenis tanaman tertentu. Selanjutnya kebiasaan kedua yang sering dilakukan petani adalah tidak melakukan rotasi tanaman. Hal ini juga terjadi pada petani di Lambanapu dan sekitarnya. Adapun dampak berkelanjutan yang ditimbulkan dari tindakan di atas, yakni menurunnya kualitas produksi pangan. Bertolak dari situasi di atas STUBE HEMAT melalui kegiatan multiplikasi melakukan diskusi yang mengangkat tema “Menjaga kelestarian tanah untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan” (Sabtu, 22/01/2022).
Dari tema ini F.X Bambang Broto
Kiswarno selaku pembicara menjelaskan tentang pertanian selaras alam, dan kembali ke alam memelihara dan menjaga
lingkungan sekitar dari perilaku bertani yang merusak alam. Dalam pelatihan ini
Bambang juga menjelaskan tentang bagaimana menjaga kelestarian tanah dari pola
tanam monokultur, cara membuat trikoderma (mikro organisme fungsional sebagai
pupuk biologis tanah), PGPR (bakteri yang hidup di perakaran untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman), MOL (mikroorganisme starter dalam penguraian dan
fermentasi), dan ekoenzim (limbah organik yang difermentasi untuk menjadi pupuk
organik).
Kegiatan ini dilakukan di Lambanapu dengan
diikuti peserta mahasiswa, pemuda gereja
dan masyarakat penggiat usaha pertanian hortikultura. Di pelatihan ini
narasumber mengenalkan hal-hal baru seperti PGPR, MOL, Ekoenzim, dan Trikoderma.
Rasa ingin tahu peserta cukup tinggi, mereka tidak hanya sekedar mencatat materi
yang disampaikan tetapi juga ikut serta dalam proses pembuatan PGPR, MOL,
Trikoderma dan Ekoenzim. Cara ini bisa membantu mereka memahami lebih mendalam
terkait materi yang disampaikan.
Pelatihan ini membuka pemahaman peserta
untuk memahami langkah–langkah cerdas untuk menjaga kelestarian tanah dari
perilaku bertani yang berlebihan dan peserta mampu membuat PGPR, Trikoderma,
Ekoenzim dan MOL yang bisa digunakan pada lahan milik sendiri. ***
Kalau kegiatan ini tidak sekedar menjadi kegiatan rutinitas tetapi menjadi gerakan bagi petani lainnya, maka hemat saya dari sinilah pangkal Suistenable Depelopment for Agriculture di Sumba dapat terwujud. Bravo Stube HEMAT yang peduli dan menjadi menginisiasi pelatihan pertanian bertajuk "Kembali Ke Alam"
BalasHapus