Oleh Frans Fredi Kalikit Bara
Kondisi
suhu udara di pinggiran pantai lebih panas dan kering dibandingkan kondisi
udara di dataran menengah dan dataran tinggi. Sebagian besar petani tidak melakukan
aktivitas bertani pada kondisi suhu udara panas yang tinggi, namun berbanding
terbalik dengan yang dilakukan oleh Welem. Saat ini Welem (37 thn) mengambil
keputusan untuk melakukan usaha pertanian, hal ini sudah dilakukan sejak tahun
2012. Pekerjaan awalnya adalah sebagai pegawai swasta di PT. Kapas dan juga
bekerja di PT. Emas Waangga Meti. Kedua perseroan terbatas ini mengalami
degradasi dan akhirnya berhenti melakukan aktivitas produksi. Dalam kondisi
ini, Welem dan teman–teman sekerjanya kehilangan pekerjaan dan putusnya sumber
pendapatan. Akhirnya Welem mengambil keputusan menggeluti usaha pertanian
hortikultura. Kisah awal memulai usaha ini banyak mengalami kegagalan, namun
bagi Welem gagal adalah pengalaman berharga untuk belajar, evaluasi diri dan
bangkit untuk berusaha lagi.
Ada
beberapa kendala yang dialami Welem ketika memulai usaha yakni kurangnya
pemahaman tentang benih, pengendalian hama dan penyakit, nutrisi tanaman (kurang
pemahaman tentang teknik budidaya tanaman hortikultura). Ada beberapa hal penting
yang disampaikan oleh Welem dalam diskusi ini yakni; 1) Jadi petani itu harus
berbasis inovasi sehingga kita bisa mencapai angka produksi yang maksimal, 2) Jangan
pernah malu dengan pekerjaan ini. Saat ini banyak orang muda malu bertani oleh
karena itu mereka menghindar dari pekerjaan ini, 3) Olah pikiran untuk
mengangkat derajat petani untuk motivasi diri menekuni usaha pertanian, karena
hasilnya tidak jauh beda dengan mereka yang bekerja di lembaga, 4) Jangan takut
dengan permintaan pasar, petani harus memiliki kalender pasar dan kalender
tanam tujuannya adalah untuk mengetahui volume produksi dan tingkat serapan
pasar, 5) Petani selalu punya waktu, baik untuk usaha dan pengembangan maupun
untuk keluarga, oleh karena itu petani yang bahagia ditandai dengan ciri-ciri
fisik yang gemuk dan muka cerah.
Diskusi
yang diadakan langsung di lahan pada 28 November 2020 diikuti oleh sepuluh
peserta dengan antusiasme yang cukup tinggi, karena selain mendengarkan
pemaparan yang menarik dari pemateri mereka juga bisa melihat lahan sekitar
yang dipenuhi tanaman buah, juga sambil menikmati semangka segar yang disuguhkan.
Selain mahasiswa beberapa kalangan yang hadir ada yang berprofesi guru, petani
dan majelis gereja. Dari latar belakang profesi yang berbeda ini memiliki satu
tujuan untuk belajar bagaimana berdaulat atas pangan yang ada di Sumba.
Salah
satu orang tua yang ada dalam diskusi tersebut Bora Ghunu (65 thn) memberi
nasihat, ”Kalau mau hidup jangan pamalas, sekolah tinggi-tinggi harus kembali
bertani”, dengan maksud memotivasi peserta muda yang hadir dalam pelatihan ini.
Usaha pertanian adalah usaha yang menghidupkan, mengingat kondisi saat ini
sebagian besar orang muda tidak berprofesi petani, sehingga banyak potensi
sektor riil yang ditinggalkan dan tidak dikelola. Semangat bertani anak muda!
***
Komentar
Posting Komentar