Oleh Yustiwati Angu Bima, S.Th
Partisipasi saya dalam beberapa kegiatan Stube-HEMAT Sumba berawal
ketika kuliah di Sumba, dengan tema yang berkaitan erat dengan hobi, bakat dan studi
saya, seperti membaca, menulis, membuat kerajinan tangan dan teater. Selanjutnya
saya memilih pelatihan jurnalistik, kreasi kerajinan tangan dan kelompok
membaca, untuk meningkatkan keterampilan saya sehingga bisa berkelanjutan. Saya,
Yustiwati Angu Bima, dari Sumba Timur, saat itu saya masih kuliah di STT GKS
Lewa dan sekarang melanjutkan studi Pascasarjana di Fakultas teologi UKDW
Yogyakarta.
Bagi saya, Stube-HEMAT Yogyakarta telah menanamkan motivasi yang
kuat bagi Stube-HEMAT Sumba, meskipun saya sendiri tidak mengetahui mendalam sistem
apa yang digunakan Stube untuk mengembangkan sayapnya. Berdasarkan pengalaman
saya selama ini, Stube-HEMAT seperti menjalankan Sustainable Project,
dalam istilah saya. Ini cocok untuk
memayungi kegiatan-kegiatan yang diinisiasi oleh Stube untuk kaum muda dengan kelebihan
dan keterbatasan mereka. Kegiatan Stube-HEMAT Sumba dengan pelatihan, transfer
ilmu dan pengalaman selama tiga hari memang tidak langsung nampak hasilnya.
Namun, Stube-HEMAT mendorong para aktivisnya untuk ‘do something’. Setelah
kegiatan berakhir mereka menindaklanjuti dengan merancang proyeknya sesuai
pengetahuan yang mereka miliki. Inilah Sustainable Project, kegiatan yang
berkelanjutan dari satu proyek ke proyek berikutnya, dari satu narasumber
menjadi beberapa narasumber, dari satu bahan menjadi beberapa bahan lainnya.
Saya mendapatkan manfaat Sustainable Project ini
ketika Betriks Lay, aktivis Stube-HEMAT Sumba yang mendapat kesempatan belajar
di Stube-HEMAT Yogyakarta pda tahun 2013. Sekembalinya di Sumba, Betriks ‘do
something’ dengan mentransferkan pengalaman kepada teman-teman di kampus, termasuk
saya. Tidak banyak orang yang bertahan lama untuk ‘menyerap’ ilmunya, tapi saya
sangat ingin belajar kerajinan tangan darinya, dan perlahan saya berhasil. Saya
dan Betriks sepakat untuk menekuni kerajinan tangan dan menghasilkan produk
menggunakan bahan yang ada, dari gantungan kunci dan boneka kain flanel
berkembang ke asesoris kalung, gelang, anting, dan tas, memanfaatkan kain Sumba,
daun lontar dan mendaur ulang barang bekas. Awalnya kami gunakan sendiri asesoris
tersebut, dan kemudian Stube-HEMAT Sumba memfasilitasi dengan menyewa stand untuk
memasarkannya dalam sebuah bazar di Universitas Kristen Wira Wacana di Waingapu
pada tahun 2017. Selanjutnya, kami bekerjasama dengan pengrajin sepatu dan tas
daun lontar untuk membuat sepatu dan tas sesuai desain kami menggunakan bahan kain
Sumba, sehingga produk kami memiliki keunikan dan aksen tersendiri.
Bekal analisa sosial, ekonomi dan sosial-budaya, publik
speaking serta jurnalistik yang saya pelajari di Stube terwujud dalam bagian karya
teater, khususnya saat menciptakan narasi, naskah adegan dan puisi bersama
Fiani, salah satu sahabat saya, sebab kami berdua suka menulis dan terasah
melalui pelatihan jurnalistik. Teman-teman yang telah mendapat pembekalan
sosial-kebudayaan tidak akan malu-malu untuk menari, menggunakan pakaian
tradisional bahkan berpuisi dalam sastra Sumba, sekaligus memodifikasi tarian
menjadi bagian naskah teater. Aktivitas ini berlangsung dalam kelompok Teater
Ungu di kampus. Seiring keberadaan saya di Yogyakarta untuk kuliah, saya hanya
memiliki sedikit waktu luang untuk mengerjakan asesoris, bukan untuk dijual
tetapi untuk kebutuhan sendiri seperti modifikasi baju-baju saya dengan menambah
manik2, mengganti kancing dan bentuk krah baju dan kreasi lainnya.
Tulisan pengalaman ini merupakan wujud terima kasih kepada
Stube-HEMAT sekaligus menunjukkan betapa kuat semangat Sustainable Project Stube-HEMAT
dari satu orang yang mendapatkan pengalaman, merambah ke beberapa orang dan
terus beregenerasi tidak saja di kampus tapi juga gereja dan masyarakat. Ini menjadi
suatu rangkaian jejaring berkelanjutan dan harapannya mampu menjangkau
masyarakat Sumba secara luas. Sustainable Project Stube-HEMAT ini
relevan untuk meningkatkan intelektual,
daya kritis dan kreativitas anak muda.
Satu pesan untuk aktivis Stube-HEMAT di mana pun berada,
mulailah mewujudkan apa yang didapat dari Stube-HEMAT sebagai bagian sustainable
project, mulai dari menulis,
menyanyi, memotret, menjahit, seni panggung, daur ulang, bertani, merintis
komunitas, bahasa Inggris dan lainnya, lakukan itu dengan tekun dan menjadi berkat
untuk lebih banyak orang. Hidup Efisien Mandiri Analitis Tekun. (Yustiwati Angu
Bima).
Komentar
Posting Komentar