Oleh Vebiati Lende
'Perempuan tidak usah sekolah, perempuan tugasnya hanya kerja
di dapur, sawah dan kebun, jadi buat apa sekolah tinggi-tinggi”. Itu kata-kata yang sering papa ucapkan
ketika anak-anak perempuannya punya keinginan untuk melanjutkan sekolah,
sebagaimana yang juga saya alami.

Suatu ketika saya bertemu
dengan teman di Pusat Pengembangan Anak (PPA), ia mendapat beasiswa kuliah,
kemudian saya menitipkan pesan apakah ia bisa menyampaikan kepada donatur kalau
saya juga ingin mendapat beasiswa untuk kuliah. Saya berpikir permohonan saya
tidak terjawab, tetapi dalam suatu pertemuan PPA yang saya ikuti, ternyata,
harapan yang saya pikir sudah hilang akhirnya terjawab, saya tidak pernah
membayangkan mendapat donatur untuk kuliah. Perasaan saya campur aduk, di satu
sisi sangat senang dan ingin menyampaikan kabar ini ke keluarga, tetapi di sisi
lain papa tidak mengijinkan saya kuliah. Ini menjadi awal perjuangan saya.
Saya berbicara dengan papa
dan benar, ia sama sekali tidak setuju. Ia mengatakan kalau kamu kuliah ke
sana, siapa yang memberi kamu uang makan, uang kos, dan biaya lainnya. Saya
down, karena saya sudah mencari jalan
untuk kuliah dan mendapatkannya, tapi papa tidak mendukung. Beberapa hari saya mengunci
diri dalam kamar tetapi saya berdoa dan merenungkan kembali perjuangan mama menyekolahkan
saya dari SD sampai lulus SMA. Dalam hati saya berkata, "jika hanya
berdiam diri dan meratapi nasib, aku akan seperti ini terus dan tidak
menghasilkan apa-apa. Nanti kalau aku berumahtangga hanya menjadi pembantu di
rumah suami. Aku tidak mau, aku harus mandiri.” Ini menjadi kekuatan saya untuk
tetap mendaftar kuliah.


Perjalanan hidup setiap orang itu tidak sama, perjuangan saya bisa kuliah tidak saja untuk lanjut studi tapi perjuangan kaum perempuan Sumba untuk mendapat kesempatan pendidikan yang lebih tinggi untuk kehidupan yang lebih baik, bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat Sumba. Untuk kaum perempuan yang sedang berjuang, tetaplah setia, jangan menyerah, perbanyak relasi dan tekun berdoa, karena kita tidak tahu jawaban Tuhan untuk hidup kita dan waktu kita berbeda dengan waktu Tuhan. Berjuanglah sungguh-sungguh dan raih impianmu.
Komentar
Posting Komentar