
Sumba sebagai salah satu pulau terluar di Indonesia, memiliki kondisi keterbatasan serupa sehingga terjadi berkurangnya minat anak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, khususnya perempuan, dengan alasan ekonomi dan alasan lainnya. Kabupaten Sumba Timur sendiri membutuhkan peningkatan kuantitas dan kualitas layanan pendidikan demi menjawab kebutuhan masyarakat. Data sebaran sekolah menunjukkan bahwa dari 22 kecamatan di Kabupaten Sumba Timur, 11 kecamatan belum memiliki TK dan 5 kecamatan belum memiliki SMA/SMK. Data partisipasi sekolah usia 7-24 tahun menunjukkan 27% penduduk atau sekitar 21 ribu penduduk tidak melanjutkan sekolah dan sebagian besar perempuan (Sumba Timur dalam Angka, BPS Sumba Timur, 2018). Ini menjadi tantangan besar kabupaten Sumba Timur untuk menyediakan layanan pendidikan untuk masyarakat dan memastikan kelanjutan studi penduduknya.


“Ini harus disadari benar oleh anak muda agar generasi berikutnya tidak memiliki cara pandang yang salah terhadap pendidikan, masyarakat berpikir bahwa pendidikan hanya untuk mereka yang mampu secara ekonomi, dan ini menyebabkan banyak anak putus sekolah. Ubah cara pandang seperti ini. Semua harus sekolah,” tegasnya.
Yusuf Waluwanja, M.Si,
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur menyampaikan materi-materi gambaran
dunia pendidikan di Sumba Timur dan langkah strategis pemerintah dalam
mengatasi permasalahan sarana pendidikan dan tenaga kependidikan. Ia mengungkapkan
cara pemerintah meningkatan kualitas pendidikan di pedalaman Sumba, yakni
dengan membangun sekolah, seperti membuka sekolah paralel dan pelatihan guru
melalui diklat.
Sebagai terobosan
mengatasi masalah pendidikan di Sumba, pengelola Taman Baca Hamu Wangu, Ferlyn
Paramba dihadirkan dalam pelatihan ini dengan topik membangun dunia membaca
untuk membangun insan yang cerdas. Kehadiran taman baca membantu pengembangan
anak usia dini dan memberikan mereka pemahaman tentang dunia pendidikan secara
lembut dan ramah supaya anak-anak muda mengerti dan tidak canggung dalam
belajar. “Anak muda mahasiswa jika terjun sebagai pengajar harus cerdas dan
kreatif dalam mengajar, agar anak-anak tidak bosan,” tuturnya.

Pemuda dan pengajar dituntut
memahami pendidikan dan strategi yang tepat digunakan dalam mendidik terutama
anak-anak di usia dini. Selanjutnya diharapkan menjadi penggerak dunia
pendidikan terutama di daerah pedalaman dan bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya, generasi yang
akan menjadi tulang punggung negeri ini. (Naomi, Vebiati, Ina).
Komentar
Posting Komentar