Pergantian tahun berarti juga membuka
program baru di Stube-HEMAT Sumba, salah satu program yang dinanti oleh
mahasiswa aktivis Stube-HEMAT Sumba adalah Village and Me, sebuah program yang memberi kesempatan
kepada mahasiswa yang belajar di Waingapu, ibu kota Sumba Timur untuk melakukan
sesuatu yang bermanfaat bagi desa mereka yang tersebar di pulau Sumba. Kegiatan ini
dilakukan saat liburan kampus maupun jeda menanti wisuda. Program ini
menumbuhkan keterhubungan antara mahasiswa dengan desa di mana ia tinggal,
sehingga ia terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam peningkatan kualitas hidup
masyarakat setempat berdasar apa yang ia pelajari di kampus dan keterampilan
yang ia miliki. Selain itu, melalui program ini para peserta belajar bagaimana menyiapkan
diri dan materi dengan baik sehingga mudah dipahami oleh masyarakat. Dalam
periode ini ada tiga mahasiswa terpilih menjadi peserta, siapa saja mereka:
Yendri Kati Amah, mahasiswa
Teologia Kependetaan di STT GKS, asal desa Kondamara, kecamatan Lewa, Sumba Timur. Desanya
terletak 60 kilometer dari Waingapu ke arah barat sehingga letak yang jauh dari
perkotaan menyebabkan terbatasnya ketersediaan buku-buku bacaan, khususnya
untuk anak-anak dan remaja setempat. Ia berpikir bahwa membaca adalah penting
bagi manusia agar pengetahuan dan wawasan bertambah, juga adanyaa minat tinggi
dari anak-anak dan remaja di desa untuk membaca, sehingga ia memunculkan ide
taman baca bekerja sama dengan GKS Kondamara cabang Winu Hakareting untuk
merintis kelompok baca seiring dukungan Stube-HEMAT Sumba.
Ia melakukan
pendekatan kepada anak-anak di desanya, kemudian mengundang mereka untuk
membaca dan bercerita tentang buku yang mereka baca. Ternyata anak-anak tidak
hanya membaca tetapi juga bermain dan belajar di rumahnya. Tak kurang 40 anak
dan remaja usia PAUD sampai SMP datang silih berganti untuk membaca buku. Kendala
yang dihadapi yaitu orang tua tidak memiliki waktu mengantar jemput anak-anak
mereka karena mengurus ladang.
Yulius Wulang Kamataramu, asal dari Rakawatu,
Lewa, Sumba Timur dan saat ini kuliah di Universitas Kristen Wira Wacana, di
Waingapu, memiliki kedekatan pada pelayanan gereja sehingga memudahkannya untuk
menentukan kegiatan yang bermanfaat di desanya, Tana Pingi, yang terletak 70
kilometer dari Waingapu ke arah barat. Bertempat di gedung gereja GKS Jemaat
Rakawatu, cabang Tana Pingi, ia memulai kegiatan di akhir April untuk
mendampingi anak-anak dan membangkitkan semangat mereka bersekolah Minggu dengan
berbagai kegiatan untuk meningkatkan semangat bergereja, rasa percaya diri dan
menumbuhkan kebersamaan di antara mereka, antara lain lomba Cerdas Cermat
Alkitab, makan kerupuk dan membaca puisi.
Yohanes D. Nd adalah mahasiswa
Pendidikan Agama Kristen di STT Terpadu, Waingapu. Sebagai mahasiswa pendidikan
ia memiliki pengetahuan bagaimana pendampingan terhadap anak didik, dan
berdasar minatnya dalam pembinaan anak maka ia merintis pembentukan kelompok bimbingan
belajar bagi anak-anak usia SD dan PAUD di desa Kambata Tana, kecamatan
Pandawai, yang terletak 18 km tenggara Waingapu. Kegiatan Yohanes ini
melengkapi pembinaan yang anak-anak dapatkan dari sekolah mereka masing-masing,
meskipun hanya selama dua bulan dari April – Mei 2019. Dari antusiasme anak-anak
dan tanggapan orang tua mereka, Yohanes berencana untuk melanjutkan kelompok
belajar ini sebagai kegiatan rutin di desanya.
Ketika mahasiswa dengan
energi yang mereka miliki mendapat dukungan dan pendampingan yang tepat, mereka
terbukti mampu mengabdikan
diri dan
melakukan kegiatan yang berdampak untuk masyarakat di desa dimana mereka berasal. Anak muda, mahasiswa, siapkan
diri dan ambillah kesempatan untuk membawa kemajuan di desa, kampung halaman. (TRU)
Komentar
Posting Komentar