Budaya Membaca dan Menulis
Di Kalangan Mahasiswa
Netyana R. Boba Joru, STT
LEWA, PAK
Membaca dan
menulis merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh anak muda
dan mahasiswa dalam menghadapi tuntutan global. Tentu akan banyak sekali manfaat
yang akan kita temui disaat kita banyak membaca dan menulis. Akan tetapi budaya
membaca dan menulis di kalangan anak muda atau mahasiswa Sumba Timur terbilang
masih rendah. Berdasarkan pengalaman pribadi yang saya temui, kalangan kampus yang seharusnya menjadi sarang
kutu buku, malah jarang sekali ditemui para mahasiswa yang membaca dan menulis. Perpustakaan seolah-olah selalu hening, bukan
dikarenakan hening menghargai pembaca
atau penulis lainnya ketika berada pada perpustakaan tetapi memang sunyi karena
jarang sekali ditemui mahasiswa yang ada di perpustakaan.
Sangat
disayangkan jika seorang yang bergelar mahasiswa atau sarjana tidak mempunyai keahlian
dalam menulis dan suka membaca buku. Berdasarkan pengalaman pribadi yang saya
temui juga, jika kita yang bergelar mahasiswa atau sarjana pulang kampung atau
desa selalu diminta tolong oleh aparat desa dan masyarakat untuk membuat surat,
proposal, laporan dan lain sebagainya. Tentu sangat ironis jika kita tidak bisa
melakukan hal-hal tersebut.
Bagi saya,
tentu tidak ada kata terlambat jika kita terus mau berlatih untuk menulis dan
membaca. Kita bisa meluangkan waktu 15-30 menit per hari untuk menulis dan
membaca. Awalnya akan terasa berat tetapi jika kita terus melakukan maka akan
terasa mudah dan menyenangkan. Tulisan bisa kita mulai dari hal yang sering
kita lihat, dengar, dan gelisahkan. Akan menjadi mudah jika tulisan dimulai
dari lingkungan kita karena kita hanya menceritakan kembali pengamatan yang
sering kita lihat seperti kampung kita yang masih tinggi tingkat kekerasan
terhadap perempuan atau anak, sulitnya menjangkau air bersih, listrik yang
belum ada dan lain sebagainya.
Kebiasaan
membaca dan menulis akan membawa dampak positif bagi si penulis seperti
bertambahnya wawasan berfikir, mampu berpikir kritis, bertambahnya ilmu
pengetahuan, menemukan ide-ide, mendapatkan pengetahuan yang baru, dan bisa
mendapatkan solusi untuk menyelesaikan sebuah masalah. Sementara bagi seseorang yang tidak membaca
serta menulis, ia tidak mampu berfikir kritis, tingkat pengetahuannya rendah,
selalu mengeluh ketika menghadapi sesuatu yang rumit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
Sudah saatnya
anak muda dan mahasiswa Sumba Timur mempunyai kemampuan menulis serta gemar
membaca, karena daerah ini membutuhkan SDM yang tinggi, mampu menciptakan ide,
peduli lingkungan sekitar, bersikap kritis dan cerdas. Mengutip Pramoedya
Ananta Toer, seorang penulis novel dan pejuang hak asasi manusia mengatakan
bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan
hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
Jadi tunggu
apa lagi, kita sebagai anak muda harus siap membekali diri.***
Komentar
Posting Komentar