Membuka
Perspektif Baru Tentang Politik
Pelatihan Gereja dan Politik
17 April 2019 adalah pemilihan umum yang paling menantang
bagi bangsa Indonesia karena memilih anggota DPRD Kabupaten/Kota, DPRD
Provinsi, DPR RI, DPD RI, dan Presiden dan Wakil Presiden secara bersamaan. Pemilu
menjadi alat paling demokratis untuk memilih wakil rakyat maupun pemimpin.
Menurut data KPU, pemilih muda, rentang usia 17-30 tahun mencapai jumlah 60.345.070
jiwa, artinya pemilih muda punya andil besar dalam menentukan arah bangsa ini
ke depan.
Realita ini menjadi perhatian Stube-HEMAT Sumba, lembaga
pendampingan mahasiswa dan anak muda Sumba mengadakan pelatihan Gereja dan
Politik bertema “Siapkah Kita Memberikan yang Terbaik untuk Bangsa dan Negara
di Pemilu 2019” di GKS Jemaat Umamapu cabang Okanggapi (15-17/2/2019) yang
diikuti dua puluh delapan mahasiswa berbagai kampus di Sumba Timur, seperti Unwina
Sumba, STT Terpadu Waingapu, STT GKS Lewa, AKN Sumba Timur, dan Komunitas Ana
Tana.

Beberapa tokoh dan praktisi yang kompeten di bidangnya memberikan
penguatan kepada peserta, antara lain Pdt. Alfed Djama Samani, S.Th, ketua umum
Sinode GKS. Ia memaparkan peran serta gereja dalam kehidupan perpolitikan. Ia
mengungkapkan,
“Orang yang
berpandangan bahwa politik itu kotor, mereka keliru, namun dapat dipahami bahwa
politik juga sama dengan bidang lainnya untuk memperhatikan semua kelompok,
karena politik menyangkut hidup orang banyak.” Jadi anak muda perlu memperbaiki
cara pandang terhadap politik.
Berikutnya, Umbu Pajaru Lombu, SH., MM menyampaikan
materi Pemilih Pemula dan Dampaknya Terhadap Hasil Pemilu. Ini mendorong kaum
milenial menyadari peran sebagai pemilih, memetakan dan menentukan pilihan yang
tepat pada orang yang memperjuangkan politik yang benar.

Kemudian, Hina Mehang Patalu, SE, anggota Bawaslu
kabupaten Sumba Timur memaparkan tugas Bawaslu sebagai badan penyelenggara
Pemilu adalah melakukan pencegahan, pengawasan, dan penindakan sehingga Pemilu
berjalan dengan baik dan lancar. Prinsipnya, setiap warga negara Indonesia
memiliki hak sama untuk mengawasi pelaksanaan Pemilu, terlebih kaum milenial
yang akrab dengan teknologi bisa berperan lebih untuk mengawasi pelaksanaan Pemilu.
Mayjen (purn) Jan Piter Ate, purnawirawan TNI dan praktisi politik memaparkan dampak dan manfaat hasil politik terhadap berbagai kebijakan yang berkaitan kehidupan warga. Ia juga mengingatkan anak muda sebagai ‘agent of change’ lewat politik, karena dalam politik segala kebijakan yang berkaitan arah bangsa ditentukan dan kebijakan tersebut berdampak terhadap masyarakat.
Mayjen (purn) Jan Piter Ate, purnawirawan TNI dan praktisi politik memaparkan dampak dan manfaat hasil politik terhadap berbagai kebijakan yang berkaitan kehidupan warga. Ia juga mengingatkan anak muda sebagai ‘agent of change’ lewat politik, karena dalam politik segala kebijakan yang berkaitan arah bangsa ditentukan dan kebijakan tersebut berdampak terhadap masyarakat.

Anak muda perlu memahami gereja
dan politik karena berada di ruang yang berbeda dan tidak bisa bersatu, tetapi
keduanya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia. Anak muda,
berpartisipasilah dalam pemilu untuk kemajuan Indonesia. (Naser Randa Hailu Poti).
Komentar
Posting Komentar