Menebar Cinta Menumbuhkan Harapan
Pelayanan mahasiswa
untuk penduduk
di Bondomaroto, Sumba Barat
Bondomaroto
adalah salah satu desa wisata di kecamatan kota Waikabubak, Sumba Barat.
Secara geografis desa ini berada di bukit dan penduduk memiliki mata
pencaharian dari
kebun dan sawah. Beberapa bulan
lalu desa ini
mengalami kebakaran hebat yang menghanguskan rumah-rumah tradisional, harta benda bahkan hewan peliharaan ludes terbakar.
Penduduk desa terpuruk dan terpaksa menghentikan aktivitas harian mereka dan membangun tenda darurat untuk tinggal sementara. Namun perlahan penduduk desa
bangkit kembali untuk bekerja dan bersama-sama membangun rumahnya.
Saya
terpanggil untuk melakukan kegiatan bersama mereka saat liburan kuliah. Saya menyadari tidak
bisa melayani sendiri, jadi saya melibatkan teman-teman saya, seperti Niga
dan Jekson yang kuliah Teknik Informatika di Ukrim Yogyakarta, Ayu, mahasiswi
Akuntansi di UKDW Yogyakarta dan Erik yang sudah bekerja di kantor desa di
Sumba. Kami sudah
saling mengenal sehingga lebih mudah untuk membangun kebersamaan dan
mempersiapkan kegiatan, khususnya kepada anak-anak desa setempat karena karena mereka juga membutuhkan dukungan
psikologis.
Sebagai
langkah awal, tanggal
11 Januari 2019 kami berkunjung ke desa dan bertemu dengan kepala desa
setempat. Kepala desa menanggapi dengan baik bahkan sangat berterima kasih
dengan rencana kegiatan bersama anak-anak. Ia menyarankan untuk membuat janji
dengan anak-anak karena mereka setelah sekolah biasanya pergi ke sawah untuk
membantu orang tuanya mengolah sawah. Jadi sejak kecil mereka ikut bekerja mencukupi
kebutuhan
sehari-hari. Akhirnya kami bersepakat kegiatan diadakan tanggal 14 Januari 2019 setelah setelah anak-anak pulang
dari sekolah, bahkan kepala
desa siap membantu mengumpulkan anak-anak untuk datang di acara tersebut. Setelah observasi kami membahas persiapan dan
membagi tugas dalam kegiatan, seperti game keakraban, lagu-lagu dan materi tentang hak-hak anak yang pernah
kami pelajari sebelumnya. Kami ingin mengajak anak-anak ‘belajar dan bermain’
bersama. Selain acara, kami juga menyiapkan peralatan dan snack untuk mereka.
Menjelang
acara hujan turun cukup deras dan menghambat perjalanan kami. Jalan ke desa menjadi
licin bahkan kami harus berjalan kaki supaya tidak tergelincir dari tebing. Sesampainya
di desa, kami terkejut dengan sejumlah besar anak-anak dan orang tua
yang telah berkumpul untuk mengikuti acara. Awalnya kami
kesulitan mengajak anak-anak berbicara dan bernyanyi karena masih malu-malu, tetapi kami mendekati mereka
dengan bermain game dan bercerita. Setelah itu mereka berlomba menceritakan
pengalaman mereka di sekolah dan di sawah. Selanjutnya saya menyampaikan materi
tentang pertingnya memperhatikan hak-hak anak, seperti kesempatan anak untuk bermain,
bertumbuh kembang dan terhindar dari kekerasan.
Kami
sadar sebuah perubahan besar mesti diawali dengan tindakan kecil. Perhatian
untuk anak-anak merupakan investasi untuk masa depan khususnya di Sumba. Sebagai anak muda Sumba, jangan pernah takut melakukan hal baik dan bermanfaat bagi diri dan orang
lain. (Magdalena Titin Huri Roga*).
*penulis saat ini adalah mahasiswi
Teologia STT GKS di Lewa Sumba Timur. Ia pernah mengikuti beberapa pelatihan di
Stube-HEMAT Yogyakarta (2017) dan pelatihan Jurnalistik Stube-HEMAT Sumba
(2018).
Komentar
Posting Komentar