Mempromosikan Pariwisata : Memajukan Ekonomi Sumba



Mempromosikan Pariwisata
Memajukan Ekonomi Sumba



Sumba kaya akan potensi pariwisata, mulai dari pantai dan ombak laut, pasola, pakaian dan rumah tradisional, kubur batu, tarian, musik dan lagu, hingga padang sabana. Namun ini belum dilihat dan direspon secara maksimum oleh masyarakat Sumba sebagai daya tarik wisata yang bisa meningkatkan perekonomian Sumba. Sebenarnya Sumba masih memiliki lebih banyak hal menarik lainnya yang bisa dikembangkan. Stube-HEMAT Sumba sebagai lembaga pendampingan mahasiswa bersama anak muda Sumba berinisiatif mengadakan pelatihan Pariwisata: Inventarisir Peninggalan Budaya bertema Peluang dan tantangan anak muda di bidang pariwisata”, bertempat di GKS Mauliru 30 Nov - 2 Des 2018.


Dua puluhan mahasiswa dari berbagai kampus yang ada di Sumba Timur mengikuti pelatihan ini. Tokoh-tokoh yang kompeten di bidangnya memfasilitasi pelatihan ini, seperti Yudi Umbu Rawambaku, SE dari Dinas Pariwisata kabupaten Sumba Timur yang menyampaikan materi Peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dalam peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Ia menyampaikan bahwa budaya Sumba sebagai warisan nenek moyang perlu terjaga keasliannya dan bebas dari pengaruh budaya luar, demikian juga keunikan alam Sumba sebagai kekayaan pulau ini. Kita jangan sampai menjual apa yang kita miliki pada orang asing sehingga kita hanya akan menjadi tamu atau penonton di tanah kita sendiri. “Pemerintah sudah berupaya mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat dengan melakukan pendampingan pada kelompok penenun, memberi bantuan alat musik, pembangunan rumah adat, dan pengelolaan potensi alam seperti pantai dan air terjun. Kemajuan akan terwujud tidak lepas dari dukungan dan partisipasi dari masyarakat, misalnya parade 1001 kuda dan pameran tenun ikat. Itu artinya pemerintah sangat mendukung pengembangan pariwisata sebagai salah satu penggerak ekonomi,” ungkapnya lebih lanjut.

Topik tentang Kesiapan Anak Muda dan Manajemen dipaparkan oleh Windy Paskawati Suwarno, S.I.Kom. M.Si, dosen Unkriswina Sumba. Ia mengatakan sektor pariwisata dapat menggerakkan sektor lain seperti pertanian, peternakan, perikanan, perhotelan dan sebagainya. Wisatawan yang datang ke Sumba tentu perlu penginapan, hiburan, transportasi, kuliner, dan cinderamata. Namun dalam peta wisata Sumba yang terlihat hanya Pasola dan rumah adat. Itu artinya stakeholder pariwisata di Sumba belum mampu menyediakan kebutuhan yang mendukung pariwisata. Anak muda seperti kebingungan menemukan produk unggulan yang bisa dikembangkan dari pulau ini. Mereka perlu tahu bagaimana membidik pengembangan pariwisata, misalnya dengan analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman).

Materi tentang peluang, strategi memulai dan mengembangkan bisnis di bidang pariwisata dipaparkan oleh Marthen K. Mbaha, pelaku usaha sekaligus anggota DPRD kabupaten Sumba Timur. Ia mengingatkan peserta bahwa pelaku wisata adalah kita semua. Sebagai anak muda mestinya jangan berpikir kecil, pesimis, tidak mampu, namun harus mampu menyediakan apa yang dibutuhkan oleh daerah ini.

Deriatus Awa, mahasiswa STT GKS Lewa menceritakan bahwa pulau Sumba dikenal dengan kuda Sandelwood tidak bisa lepas dari padang sabana dan tenun ikat sebagai kekayaan pulau ini. Orang-orang Sumba bangga ketika pulaunya menjadi incaran wisatawan, namun belum melihat ini sebagai peluang. Melalui pelatihan ini Deriatus mengakui bahwa wawasannya menjadi terbuka atas peluang dari sektor pariwisata untuk ekonomi Sumba yang lebih baik di masa depan.

Mari melihat peluang yang ada, mengambil satu pilihan usaha yang berkaitan dengan pariwisata dan manfaatkan media sosial dengan baik untuk mempromosikan pulau Sumba, sehingga pariwisata Sumba berkembang dan kesejahteraan masyarakat meningkat. (JUF).




Komentar