Pengalaman peserta Village and Me
Kiprah anak muda khususnya mahasiswa Sumba yang pernah
menjadi peserta program Village and Me dari Stube-HEMAT Sumba membangkitkan
semangat mahasiswa lainnya untuk ikut serta di periode berikutnya. Rasa
kepedulian mereka terhadap desa asalnya kembali bersemi dan ide-ide segar
mereka bermunculan. Ini membangkitkan optimisme karena semakin banyak anak muda
yang peduli dan bersemangat membangun desanya maka ‘image’ desa sebagai kawasan
yang tertinggal akan semakin berkurang.
Angkatan kedua tahun 2018 ini, melibatkan tiga mahasiswa aktivis Stube-HEMAT Sumba untuk mengabdikan
ilmu dan pengalaman selama kuliah untuk masyarakat desanya yang
tersebar di berbagai wilayah di Sumba. Mereka memiliki kepercayaan diri dan
keyakinan bahwa
yang mereka lakukan itu bermanfaat.
Adriana Pindi Moki, yang sering dipanggil Ambu, melakukan penyuluhan kesehatan
untuk penduduk di kampung halamannya di Waikanabu, Tabundung, Sumba Timur. Sebagai
mahasiswa Akademi Perawat Waingapu jurusan Keperawatan ia terampil melakukan penyuluhan
Keluarga Berencana dan pemeriksaan kesehatan kepada pasangan usia subur dan
anak-anak. Ia juga menyediakan leaflet tentang kesehatan ibu dan anak. Ini
sangat berharga karena membantu penduduk desa yang jauh dari kota mendapatkan
bacaan yang bermanfaat. Penduduk merespon baik inisiatif Ambu untuk membagikan
pengetahuannya di bidang kesehatan dan berharap mahasiswa lainnya untuk datang
dan berbagi pengetahuan.
Trias Manu, seorang mahasiswa dari desa Mauhau, Sumba Timur membagikan
pengetahuan yang ia dapatkan di Akademi Komunitas Negeri (AKN) Waingapu jurusan
Pakan Ternak. Ia mempraktekkan pembuatan pupuk organik cair dan padat di GKS
Mauhau bersama anggota jemaat gereja setempat yang sebagian besar petani. Saat
ini mereka tetap menggunakan pupuk organik hasil produksi mereka sendiri.
“Kegiatan ini mengajarkan
saya untuk saling berbagi, tidak berputus asa dengan keterbatasan yang kita
miliki. Awalnya saya memang gugup dan bingung untuk memulai kegiatan, tetapi
setelah dijalani akhirnya saya merasa senang karena ilmu saya bisa bermanfaat”
ungkap Trias.
Makson Rangga Nduna, aktivis Stube-HEMAT Sumba yang kuliah di Unkriswina jurusan
Ekonomi Pembangunan tertarik untuk melakukan pendampingan kepada petani sayur
di sekitar rumahnya di Karaha, Lambanapu. Ia seorang mahasiswa sekaligus petani
sayur yang memiliki pengetahuan tambahan tentang pertanian organik dari beberapa
kali mengikuti pelatihan di Stube-HEMAT Sumba. Tanaman yang ia budidayakan
antara lain sawi, kemangi, kacang panjang, terong, singkong, pepaya, pisang,
bayam, serai dan pakan ternak.
“Saya menyukai program ini karena cocok dengan hobi dan latar belakang saya
dari keluarga petani. Hasil panen bisa mencukupi sebagian kebutuhan sayuran
keluarga, sebagian dijual untuk membeli kebutuhan lainnya dan menjadi contoh bagi petani lainnya. Tetapi saya juga
mengalami gangguan karena pemilik ternak melepas hewannya sehingga tak jarang hewan-hewan tersebut makan tanaman, jadi hasil panen tidak maksimal. Kami terus mencari cara bagaimana agar tanaman kami
tidak dirusak hewan ternak, seperti memberi pagar dan menghimbau pemilik ternak
untuk mengawasi ternak mereka”, ungkap Makson.
Terbukti, ketika mahasiswa
mendapat dukungan dan kesempatan mengabdikan pengalaman yang mereka dapatkan di
kuliah, mereka mampu melakukannya. Semoga kegiatan ini menjadi
jalan berkat. (TRU).
Komentar
Posting Komentar