Anak muda dan pariwisata
Bagai dua sisi mata uang
Setiap daerah memiliki
keunikan masing-masing yang menjadi daya tarik khas suatu daerah.
Keunikan-keunikan itu terlihat dari alam, pemandangan, arsitektur, bangunan dan
peninggalan sejarah dan budaya di setiap daerah yang memiliki bentuk dan
ornamen yang berbeda satu sama lain. Penting bagi anak muda untuk mengenal dan
memahami peninggalan sejarah dan budaya daerahnya, khususnya Sumba yang sedang
mulai berkembang pariwisatanya.


Menanggapi paparan
tersebut, Apriyanto Hangga, salah satu team Stube-HEMAT Sumba, mengungkapkan
harapannya supaya museum melengkapi koleksi yang ada karena koleksi di sini
belum ada 50 % dari warisan budaya dan sejarah Sumba. Ia menyebutkan beberapa
benda, seperti ‘katoda’ (batu tempat berdoa penganut ‘Marapu’ (kepercayaan
lokal Sumba), barang-barang perhiasan gelang, cincin, guci, mahkota raja,
tombak sebagai alat berburu dan lain sebagainya. Ia mengkritisi kalau pemerintah setempat lambat dalam mendirikan museum
dan kesulitan mengumpulkan koleksi karena tak sedikit benda-benda peninggalan sejarah
dan budaya Sumba yang sudah banyak dijual ke luar pulau Sumba, bahkan ke luar
negeri.
Sepritus Tangaru Mahamu,
salah satu peserta, mahasiswa AKN Waingapu, menyampaikan rasa senangnya karena
bisa melihat peninggalan sejarah budaya secara langsung di museum ini.
Sebelumnya ia hanya mendengar cerita tentang alat musik tradisonal seperti ‘djungga’
atau gitar. Ternyata ia tidak sendiri, masih banyak anak muda yang belum pernah
melihat alat musik tersebut, apalagi memainkannya. Keberadaan djungga kalah
populer dengan gitar modern yang memiliki nada lebih variatif. Saat ini ia merintis
usaha menjual makanan khas Sumba seperti ‘kaparak’ dan selendang Sumba. Meskipun
kecil ia yakin ini sebagai langkah maju sebagai pemuda pelaku pariwisata Sumba.

Komentar
Posting Komentar