Sebelum Meninggalkan Sumba

Marapu, kepercayaan nenek
moyang orang Sumba, mempercayai Tuhan
dalam wujud Mabakulu Wuamata Mabalaru Rukahilu (matanya besar dan telinganya
lebar) yang berarti Mahamelihat dan mendengar. Kepercayaan Marapu percaya bahwa setiap orang mati dapat diajak
berkomunikasi, dapat mendengar dan dapat melindungi orang yang dikasihinya. Perubahan
jaman perlahan-lahan menggeser kepercayaan ini, dimana sekarang sebagian besar
masyarakat Sumba sudah memeluk agamanya masing-masing. Namun demikian Marapu masih
terus dijaga dan dianut oleh sebagian masyarakat Sumba terlebih setelah pemerintah
mengakui keberadaan kepercayaan-kepercayaan lokal Nusantara termasuk Marapu.
Setelah melakukan ritual
ini saya pun berpamitan dan melanjutkan kegiatan yakni mengikuti pembekalan
pada tanggal 23 Agustus di sekretariat Stube-HEMAT Sumba bersama tim Sumba. Program Eksposur Yogyakarta merupakan program tahunan Stube-HEMAT Sumba yang akan
mengirim aktivisnya untuk belajar di Stube-HEMAT Yogyakarta dan selalu
dinanti-nantikan, menjadi peserta eksposure Yogyakarta adalah sebuah kesempatan
berharga dan merupakan sebuah berkat besar, Program Eksposur Yogyakarta 2018
yang artinya merupakan angkatan kesembilan Stube Hemat Sumba telah mengutus
Jufri Adi Papa untuk mempelajari kesekretariatan dan pertanian, Meliani Retang
mempelajari pertanian dan pengelolaan pangan lokal dan Sepritus Tangaru Mahamu
yang akan mempelajari bidang Jurnalistik serta peternakan.
Peserta Eksposur Yogyakarta akan belajar selama kurang lebih 28 hari di kota ini, dari tanggal
24 Agustus sampai 20 September 2018. Tentu ini bukanlah waktu yang singkat,
persiapan harus matang dan tentunya harus disertakan ijin dari orang tua
terutama bagi yang pertama kali akan keluar dari pulau sumba. Setelah menginap
semalam di sekret Stube, saya dan teman-teman melakukan perjalanan ke Jogja pada esok paginya.
Tibalah waktunya menimba ilmu dan diharapkan kembali dengan stok penuh untuk
ritual lain yang dipetik dari perjalanan ke Jogja. (STM).
Komentar
Posting Komentar