Mengolah
Bumi Pertiwi
Makanlah
dari apa yang kamu tanam!
Indonesia memiliki banyak
potensi menghasilkan produk-produk olahan makanan dari tanaman lokal. Sajian
makanan ini bisa dipakai untuk mengimbangi pesatnya perkembangan sektor wisata.
Dalam perjalanan menyongsong perkembangan menjadi destinasi wisata di Indonesia,
pulau Sumba harus mulai memikirkan ragam makanan dari hasil panen petani Sumba
sendiri sebagai bagian penting menjamu tamu. Namun sungguh disayangkan, pada
kenyataannya saat momen-momen tertentu, penyajian makanan masih dalam bentuk olahan sederhana seperti direbus
atau pun digoreng, tanpa sajian dan kemasan yang lebih menarik.
Membaca peluang ke depannya,
Meliani Retang, mahasiswi STT GKS, mengambil peluang mendalami seluk-beluk
mengolah produk tanaman lokal saat mengikuti program eksposur ke Stube-HEMAT
Yogyakarta. Berlatarbelakangkan jurusan Teologi (kependetaan) yang saat ini
ditempuh, Meliani mendapatkan bekal tambahan selain melayani kotbah, untuk melakukan
pembangunan ekonomi jemaat melalui usaha produktif pengolahan tanaman lokal
menjadi aneka ragam makanan. Kue dari olahan labu kuning, tepung jagung, tepung
ketela, tepung pisang atau pun tepung ketan tidak kalah enaknya dengan kue dari
olahan tepung terigu. Dengan kemasan dan pemasaran yang lebih modern, maka
produk lokal ini bisa menjadi unggulan produk suatu daerah.
Selain motivasi-motivasi
yang diberikan oleh board in charge Stube-HEMAT dan Ariani Narwastujati selaku
direktur eksekutif, lembaga ini terus mendukung dengan jejaring dan
peluang-peluang yang bisa dilakukan para mahasiswa aktivisnya. Kristiana
Triwulan, pengajar tata boga di SMK BOPKRI 2-Yogyakarta menjadi salah satu
jejaring tempat Meliani belajar dan praktik mengolah bahan lokal. Sebagai
mahasiswa teologi, Meliani juga diberi kesempatan membawakan renungan pagi
untuk guru dan siswa sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Ada banyak hal yang dipelajari di sekolah ini,
selain bagaimana makanan dimasak juga belajar bagaimana memilih bahan yang
berkualitas untuk dimasak, bahkan sampai pengemasan serta kreativitas dalam
penyajian agar konsumen tertarik.
Makanlah dari apa yang
kamu tanam, menjadi penyemangat untuk mencintai produk lokal selain memupuk
mental untuk kemandirian pangan. Proses menuju kesadaran ini tentu saja sedikit
mengusik kenyamanan yang sudah dirasakan. Dalam setiap ketidaknyamanan ada
proses pertumbuhan pemikiran agar lebih kreatif dan menjawab tantangan yang
ada. (MR).
Komentar
Posting Komentar