Kasus berkaitan dengan
kekerasan terhadap perempuan marak terjadi di Indonesia. Ini menjadi
permasalahan yang perlu mendapat perhatian serius bangsa ini. Ketidaksetaraan
terhadap perempuan terjadi di berbagai aspek seperti kesempatan menyampaikan
pendapat, partisipasi di organisasi kemasyarakatan dan layanan publik. Hal ini
menjadi tanggung jawab berbagai pihak agar bergotong-royong berjuang melawan
ketidaksetaraan gender.
Saat ini masyarakat
Indonesia, khususnya perempuan, sedang gencar-gencarnya memperjuangkan hak
perempuan agar setara dengan laki-laki. Ada pun hal yang dilakukan seperti aksi
demonstrasi, pertunjukan seni serta menulis hal-hal yang berkaitan dengan
perempuan. Hal ini biasa dikenal dengan kesetaraan gender yang berarti suatu
keadaan di mana adanya posisi, perlakuan dan peran yang adil dan seimbang
antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan masyarakat. Kesetaraan gender di
Indonesia belum sepenuhnya terwujud karena berbagai penyebab, seperti kurangnya
pengetahuan tentang kesetaraan gender, asumsi masyarakat yang berkembang bahwa perempuan
lemah, masih kuatnya patriarkhi dan rendahnya partisipasi perempuan dalam
sektor-sektor publik.
Sebuah contoh konkret
yang terjadi dalam bidang politik di mana kaum laki-laki masih dominan, dengan
data dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) dalam Pilkada
serentak 2017 terdapat sedikitnya
7,17% keterlibatan perempuan dari total
614 calon kepala daerah dari seluruh Indonesia (perludem.org). Padahal tidak
sedikit perempuan yang berpotensi besar dalam menyumbangkan pemikirannya untuk
bangsa dan negara, ditandai dengan peran guru perempuan yang ‘melahirkan’
orang-orang hebat.
Peran Gereja, gereja termasuk bagian
yang penting untuk mewujudkan kesetaraan gender. Pemimpin gereja dalam
pelayanan gereja harus memasukkan proses penyadaran kepada umat tentang
pentingnya peran perempuan yang bisa diwujudkan dalam pengambilan keputusan,
pelayanan dan aktivitas
yang berguna bagi gereja
dan masyarakat.
Peran
Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan, pemerintah
perlu memberikan perhatian dan keberpihakan kepada perempuan, melalui diskusi
pemberdayaan perempuan yang melibatkan masyarakat dan memunculkan pemahaman
baru tentang patriarki yang menganggap bahwa lelaki adalah kaum superior.
Selain itu, mengurangi stigma yang terlanjur berkembang di masyarakat bahwa
perempuan sebagai makhluk tak berdaya serta ’penghuni dapur’.
Peran Keluarga, tak kalah penting
karena keluarga sangat dibutuhkan dalam mendidik anak tentang persamaan hak
antara laki-laki dan perempuan, karena perilaku yang muncul di tengah-tengah masyarakat
adalah cerminan yang terjadi
di dalam keluarga.
Akhirnya, jika engkau
peduli pada dirimu, ibumu, perempuanmu dan perempuanku, mari bersama berjuang
mewujudkan kesetaraan gender di Sumba dan di negeri tercinta ini. (Antonia
Maria Oy).
Komentar
Posting Komentar