Pertanian organik
merupakan pertanian yang selaras dengan alam, seimbang dalam hubungan antara
manusia dengan alam, di mana manusia mempertahankan kebiasaan alam dan
menggunakan cara alami dalam mengolah lahan pertanian sehingga lingkungan tetap
lestari dan keseimbangan ekosistem terus terjaga keberlangsungannya.
Seperti di bagian selatan
bumi Indonesia yang terbentang berupa hamparan sabana tropis dengan luas
wilayah 7.000,5 km2, itulah pulau Sumba. Luasan wilayah daratan pulau Sumba ini
menjadi tempat hidup masyarakat Sumba dan berbagai suku lainnya dengan latar belakang budaya dan
agama yang beragam serta lahan pertanian dan peternakan sebagai penunjang ekonomi wilayah ini. Pulau Sumba terdiri dari empat
kabupaten, yaitu Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya
yang memiliki keunikan masing-masing, misalnya Sumba Timur memiliki kawasan pertanian
luas yang bisa dibudidayakan oleh penduduknya untuk menghasilkan bahan pangan dengan
cara alami tanpa menggunakan bahan kimia. Pada dasarnya pertanian di Sumba masih
alami karena terbantu dengan musim, yang mana kemarau lebih panjang daripada penghujan,
sehingga pengolahan pertanian hanya dilakukan ketika menjelang musim penghujan.
Ketika kemarau lahan pertanian menjadi ladang penggembalaan ternak, secara
tidak langsung lahan pertanian beristirahat dan bahkan mendapat pupuk dari
kotoran hewan yang meningkatkan unsur hara tanah.
Bagaimana peluang pertanian organik di Sumba?
Luas lahan
pertanian di Sumba Timur sekitar 8.358,00 Ha, menurut BPS 2014. Ini menunjukkan
bahwa peluang pertanian organik di Sumba Timur bisa menjadi modal untuk
berkompetisi di pasar lokal maupun nasional. Komoditi untuk pasar lokal seperti
sayuran, umbi-umbian, kacang-kacangan. Sedangkan komoditi untuk pasar nasional
seperti kacang mete, kapas, pinang, kopi dan coklat. Hasil panen dari lahan
pertanian langsung dijual sebagai bahan mentah, belum diolah menjadi produk
turunan. Ini berdampak pada rendahnya pendapatan dan minimnya kemampuan inovasi
petani. Keberadaan petani tradisional yang bertani secara alami ini mesti
dijaga dan bahkan dibantu pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan bahan lokal
sebagai pupuk dan pestisida organik untuk meningkatkan kualitas tanaman dan
hasil panen. Ini tugas setiap pihak yang berkompeten di pertanian melakukan
tugas-tugas ini, meskipun secara umum adalah tugas seluruh masyarakat Sumba.
Bagaimana minat anak muda Sumba di bidang pertanian?
Pengaruh
modernisasi telah mencapai Sumba termasuk anak mudanya. Sebagian besar dari
mereka tidak lagi berminat menjadi petani. Mereka lebih memilih bekerja menjadi
pegawai negeri sipil atau karyawan perusahaan karena dianggap lebih elit, ada
anggapan sebagai petani dapat menurunkan wibawa dan keinginan mendapat uang tanpa
menunggu atau berproses seperti bertani dari mengolah lahan, merawat tanaman
sampai panen. Ini tidak sepenuhnya salah karena pertanian dianggap belum
prospektif. Perlu ada upaya penyadaran dan pengayaan pandang anak muda tentang
pertanian yang menunjukkan secara langsung prospek pertanian, seperti yang
dialami oleh Frans Fredi dan Aloysius, dua anak muda Sumba yang berani memulai pertanian
organik di kawasan Lambanapu, Sumba Timur. Harapannya kiprah dua anak muda ini
bisa membangkitkan gerakan anak muda cinta pertanian organik di Sumba.
Memang harus
diakui, penerapan pertanian organik membutuhkan sinergi pemerintah daerah
sebagai pengambil kebijakan, dinas pertanian sebagai kepanjangan tangan
pemerintah yang mendampingi petani, organisasi masyarakat sebagai pengimbang
dan para petani yang mengolah lahan pertanian. Ke depannya, sikap optimis, mau
belajar dan kesamaan tujuan perlu dimiliki maka pertanian organik di Sumba Timur
akan bekembang dan bersaing di pasar nasional. Semoga. (Yanto Umbu Muri).
Komentar
Posting Komentar