Pertanian merupakan mata
pencaharian yang paling dasar karena dengan pertanian seperti sawah, ladang dan
berkebun, masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil pertanian, selain untuk
memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari, hasilnya bisa dipasarkan untuk memenuhi
kebutuhan lainnya. Masyarakat akan menjadi sehat dan bermartabat jika
mengonsumsi makanan berbahan organik, artinya tanpa bahan pengawet atau bahan
kimia lainnya. Tetapi seiring berjalannya waktu dengan semakin berkembangnya
zaman, masyarakat kini cenderung memilih makanan instan atau siap saji, abai
kandungan nutrisi yang ada dalam bahan makanan yang dikonsumsi dan berasumsi
makan makanan organik terasa hambar di lidah.
Keadaan gaya hidup ini mempengaruhi
pola makan seseorang dan juga berdampak pada kesehatan seseorang. Situasi ini
menjadi batu pijakan Stube-HEMAT Sumba mengadakan pelatihan pertanian organik
untuk mahasiswa dan anak muda Sumba. Ada tiga puluh lebih peserta mengikuti
pelatihan ini dan mereka terdiri dari mahasiswa maupun anak muda dari berbagai
komunitas yang ada di Waingapu dan sekitarnya. Empat orang yang terdiri dari
praktisi dan pejabat pemerintah daerah setempat menjadi narasumber pelatihan
dengan tema “Keunggulan Pertanian Organik bagi Manusia dan Lingkungan” yang
diselenggarakan di aula GKS Lambanapu, Kambera pada hari Jumat-Minggu, 11-13 Mei
2018 yang lalu.
Dalam pelatihan ini,
Fajrin Rizky dan Markus Dendu Ngara dari Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu
Indonesia (IPPHTI) distrik Sumba
hadir sebagai narasumber. Keduanya adalah petani, peneliti, sekaligus pemandu petani untuk wilayah
Sumba. Mereka menyampaikan materi
tentang Ekosistem, uji kadar mineral, pembuatan nutrisi ternak organik, dan
seleksi benih padi sehat. “Materi pembelajaran ekosistem sangat penting bagi
pemula yang ingin memperdalam pertanian organik, sebab disitu ada proses
penyadaran mengenai alam yang akan di
dapatkan peserta”, ungkap Markus Dendu
Ngara.
Selain mempelajari hal di
atas, peserta juga mempelajari strategi pemasaran hasil pertanian organik.
Topik ini dipaparkan oleh Umbu Maramba, dosen Agribisnis di Universitas Kristen
Wirawacana Sumba.
Kemudian Ir. Rudiolof Boling, yang menjadi utusan dari Dinas
Pertanian pemerintah Daerah Sumba Timur menyampaikan tanggapan pemerintah Sumba
Timur mengenai pertanian organik di Sumba.
Peserta pelatihan antusias
memberikan berbagai macam pertanyaan, menyampaikan pendapat dan usulan, seperti
harapan agar pemerintah lebih memperhatikan kondisi pertanian yang ada di Sumba.
Selain itu pesserta juga berkesempatan mempraktekkan pembuatan nutrisi organik
untuk ternak.
“Mahasiswa jangan hanya bersuara
sebagai agen perubahan, tetapi marilah kita menjadi pelaku perubahan”, himbau Jufri Adipapa, salah satu team Stube-HEMAT Sumba saat
mendampingi peserta membuat perencanaan kegiatan lanjutan. Peserta membagi diri
ke dalam beberapa kelompok untuk menindaklanjuti pelatihan ini, seperti
mempraktekkan pembuatan nutrisi ternak, membagi materi pelatihan ke anggota
komunitasnya dan memanfaatkan lahan pekarangan asrama kampus sebagai kebun sayuran
untuk mahasiswa.
Kemajuan pembangunan di
Sumba harus membawa keadaan Sumba lebih baik, pertanian tetap terjaga dan kehidupan
masyarakat tidak terpengaruh gaya hidup negatif.
Sebagai anak muda Sumba, jadilah anak muda yang bergerak sebagai pelaku
perubahan untuk membawa kebaikan untuk
Sumba. (Apronia Dai Duka).
Komentar
Posting Komentar