Ada sebuah lagu yang tak
asing di telinga kita, yaitu Desaku. Lagu ini membawa pendengar membayangkan
kehidupan di desa yang damai, ada kebersamaan keluarga dan selalu dirindukan.
Dari lagu tadi, desa mestinya merupakan tempat yang baik, berkembang dan nyaman
untuk hidup. Namun kenyataannya desa-desa masih mengalami berbagai keterbatasan,
seperti akses jalan, teknologi dan informasi. Hal ini berdampak pada
ketimpangan perkembangan desa dan belum meratanya kesejahteraan penduduk. Padahal
keadaan desa sangat penting bagi keberadaan suatu negara karena kesejahteraan
suatu desa berpengaruh kepada stabilitas negara.
Berbicara tentang desa,
menurut istilah, desa merupakan satuan administrasi pemerintah terendah dengan
hak otonomi sesuai asal usul setempat. Menurut data Badan Pusat Statistik,
tahun 2016, jumlah desa/kelurahan sebanyak 82.030 desa. Jumlah ini merupakan
jumlah yang cukup besar, sehingga desa perlu mendapat perhatian supaya
berkembang dan mampu menjadi penyokong ketersediaan kebutuhan kota. Desa dan
kota idealnya sebagai mitra, namun kota berkembang karena didukung fasilitas
yang ada di kota, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan informasi.
Akibatnya penduduk cenderung ingin pindah ke kota dan perlahan desa-desa
semakin tertinggal.
Situasi demikian pun
terjadi di Sumba, anak muda cenderung meninggalkan desanya untuk mengupayakan hidup
yang lebih baik dengan menjadi tenaga kerja di luar pulau bahkan luar negeri.
Ini diperkuat dengan kurangnya rasa memiliki, kemauan membangun desa dan
kemampuan melihat potensi desa. Stube HEMAT Sumba merespon situasi ini dengan
merancang program Village and Me (aku dan desa). Sebuah program yang memberikan
kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan sesuatu bagi desanya selama liburan.

Berkaitan dengan kegiatan
pendampingan dan penguatan iman bagi anak-anak sekolah minggu dan pemuda gereja,
ia berharap mampu menggerakkan mereka untuk bertumbuh secara rohani dan aktif
dalam kegiatan gereja. Sedangkan berkaitan dengan pembagian buku-buku bacaan
bagi anak-anak, ia ingin menumbuhkan minat baca dan pengetahuan pada anak-anak
di desanya.
Onira menjalani aktivitas
ViMi dengan sukacita ketika bersama-sama dengan anak-anak di desanya. Ia
bersyukur karena ada antusiasme dari mereka, misalnya datang lebih awal sebelum
kegiatan dimulai. Selain itu, masyarakat setempat berharap kegiatan seperti ini
dapat dilanjutkan, agar anak-anak mendapat pelajaran dan mengikuti kegiatan
positif.
Dari kegiatan ini Onira menemukan
kesan yang membekas dalam hati dan menemukan banyak hal, seperti perbedaan
karakter anak-anak, berani mengutarakan pendapat, kejujuran dan makna kesabaran. Ia berharap, jangan
melakukan program
karena difasilitasi oleh Stube-HEMAT Sumba, tetapi mengajak kaum muda
Sumba secara keseluruhan
untuk kembali melihat apa yang dibutuhkan desa, mau membangun dan melayani. (Meliani Retang).
Komentar
Posting Komentar