MENULISLAH Karena Tulisan Mengubah Kehidupan Sosialisasi dan kelas Menulis Stube-HEMAT Sumba di GKS cabang Praihowar, 6 dan 10 Mei 2017
‘Long live education’ adalah sebuah istilah yang
sering dipakai dalam dunia pendidikan, bahwa pembelajaran terjadi sepanjang hidup, tidak dibatasi ruang dan waktu. Pendidikan
merupakan suatu kebutuhan setiap manusia menjadi
lebih berakhlak dan berwawasan luas. Demikian pula di Sumba, di mana menurut data BPS pada
tahun 2013 di Sumba Timur ada 11% dari 240.000 penduduk yang berusia 10 tahun
ke atas masih buta huruf. Hal ini perlu mendapat perhatian dan tindakan demi
peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya di Sumba Timur.
Stube-HEMAT Sumba sebagai lembaga pendampingan
mahasiswa dan pemuda gereja ikut ambil bagian dalam usaha peningkatan kualitas
sumber daya menusia di Sumba melalui berbagai program pelatihan, salah satunya
adalah Jurnalistik. Jurnalistik merupakan ilmu
yang mempelajari tentang kegiatan meliput,
mengelola dan menyampaikan informasi tentang peristiwa dan data yang
disampaikan melalui media cetak, elektronik atau internet. Kegiatan jurnalistik
yang fokus pada menulis ini mendorong mahasiswa dan pemuda gereja melahirkan tulisan dan memangkas rendahnya literasi di kalangan generasi muda saat
ini.
Program Sosialisasi dan Jurnalistik
Stube-HEMAT Sumba untuk pemuda
gereja diadakan di GKS Payeti
cabang Praihowar pada hari Sabtu,
06 Mei 2017 dan dihadiri pemuda gereja setempat, Yulius Anawaru, team Stube HEMAT
Sumba, dan Trustha Rembaka, S.Th dari Stube-HEMAT Yogyakarta. Kehadiran Trustha Rembaka sebagai fasilitator memberi
semangat baru bagi pemuda. Peserta diajak berkenalan, bermain game komunikata
dan bercerita selama satu menit.
Meskipun peserta berlatar
pendidikan berbeda-beda, ada yang SLTP,
SLTA, kuliah dan bahkan bekerja, mereka percaya diri menceritakan pengalaman
yang mereka alami dan paling berkesan. Trustha memotivasi mereka untuk mengalahkan kemalasan dan ketidaktahuan melalui menulis
secara rutin, menuangkan apa yang mereka rasakan ke dalam tulisan.
Pertemuan kedua diadakan pada hari Rabu, 10 Mei 2017 di tempat yang sama. Peserta diminta untuk menulis kejadian yang
mereka alami dan cita-cita mereka ke dalam satu lembar kertas. Benar adanya bahwa menulis
tidak semudah dengan apa
yang dipikirkan. Itulah yang dialami oleh peserta. Walau dalam
keterbatasan ruang dan waktu mereka tetap menyelesaikan karya tulisan tangan
mereka sendiri. “Di saat suasana hati saya lagi gembira
atau sedih saya sering menuangkan itu ke dalam bentuk tulisan, karena lewat
menulis, apa yang saya
rasakan dan saya pikirkan dapat tersalurkan,”ungkap
Rezeky, salah
seorang pemuda gereja setempat. “Kemampuan menulis terwujud
jika ada tiga hal: kemauan, pengetahuan dan ketrampilan. Potensi
dan semangat pemuda di sini
telah nampak melaui tulisan mereka, hanya butuh tambahan ilmu dan pendampingan
untuk mengembangkan potensi
yang mereka miliki.” ucap Trustha.
Ya, setiap
orang bisa menulis, baik
itu berupa pengalaman,
angan-angan dan berbagai hal lainnya. Jadi, sekarang bebaskanlah diri dan mulailah untuk
menulis dan mengubah kehidupan menjadi lebih baik. (Septi Dadi).
Komentar
Posting Komentar