Saat ini berbagai
persoalan sosial dan kemanusian terjadi di tengah masyarakat, salah satu di
antaranya di bidang kesehatan adalah penyakit HIV/AIDS. Ini bukan wacana baru
dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi sudah menjadi realita yang dialami umat
manusia. Permasalahan HIV/AIDS menjadi perhatian dari berbagai latar belakang
suku, rasa, agama dan lain-lainnya.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan
virus yang menyerang dan merusak kekebalan tubuh pada manusia, sehingga tubuh
tidak mampu melawan infeksi-infeksi yang masuk dalam tubuh. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
merupakan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh pada tingkat yang paling
rendah yang disebabkan oleh virus HIV.
Virus ini
pertama kali muncul di Amerika pada tahun 1981, dengan terinfeksinya 5 orang
homoseksual di Los Angeles yang didiagnosa dengan gejala infeksi paru-paru yang
mematikan. Di Indonesia virus ini dikenal sejak tahun 1983. Kasus HIV di Sumba pertama kali diidentifikasi di RSUD Umbu Rara Meha, khususnya Sumba Timur pada
tahun 2008. Dan saat ini HIV/AIDS bukalah cerita baru di pulau Sumba. Penularan
HIV dan AIDS kini telah sampai ke semua pelosok kabupaten yang berada di Sumba,
baik dalam lingkungan perkotaan maupun di pedesaan. Hal ini kini menjadi salah
satu fenomena yang menakutkan masyarakat dan menjadi perbincangan yang tidak
tabu untuk dibicarakan. Penularan virus terjadi
melalui hubungan seksual, jarum suntik, dan Ibu ke anak. Virus ini tidak
terlular melalui jabat tangan, berpelukan dan makan bersama karena virus ini
hanya hidup di dalam darah.
Menurut data
yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Sumba Timur didapatkan jumlah penderita
HIV-AIDS pada tahun 2013 sebanyak 36 jiwa, pada tahun 2014 sebanyak 25 jiwa,
dan pada tahun 2015 sebanyak 29 jiwa (Dinkes
Sumba Timur, 2015). Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Records RSUD Umbu Rara Meha Waingapu didapatkan
jumlah penderita yang positif HIV-AIDS pada tahun 2013 sebanyak 24 jiwa, pada
tahun 2014 sebanyak 27 jiwa, dan pada tahun 2015 sebanyak 19 jiwa dan di tahun
2016 dari bulan Januari-Mei sebanyak 24 orang yang terdiri dari 17 orang yang
menjalani proses pengobatan, 3 orang meninggal, 1 orang ke luar kota dan 3
orang lainnya tidak mengikuti pengobatan.
Berdasarkan
data di atas, dapat dikatakan bahwa virus ini masih terus ada dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Sumba. Orang-orang masih takut hingga saat ini jika
bertemu orang dengan HIV dan AIDS (ODHA). Diskriminasi dan stigma masih menjadi
tindakan yang dialami ODHA yang berujung pada memperpendek usia hidup mereka. Tak jarang ODHA dikucilkan dan dijauhi
bahkan dianggap sebagai manusia terkutuk dan berdosa. Oleh karena itu ini
menjadi perhatian semua pihak, baik gereja maupun pemerintah. Gereja dapat
melakukan pendampingan pastoral bagi pada ODHA agar tidak putus asa serta
hilang harapan dan pemerintah dapat melakukan sosialisasi-sosialisasi tentang
bahayanya virus ini sehingga masyarakat memahami bahwa yang harus dijauhi
adalah virusnya, bukan orangnya. (Betriks Lay)
Komentar
Posting Komentar