Apa Selanjutnya?
Berkarya Nyata!
Empat
kisah dari peserta
eksposure ke Stube HEMAT Yogyakarta
Karya nyata menjadi satu indikator
bahwa seseorang telah merealisasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Ilmu pengetahuan
tidak hanya sekedar mengakar di dalam kepala, tetapi juga berbuah untuk orang
yang ada di sekitarnya.
Dalam kurun waktu 7 tahun dimulai dari
tahun 2010 hingga tahun 2016, Stube HEMAT Sumba sudah mengirim 6
mahasiswa/pemuda setiap tahunnya untuk mengikuti Program Exploring Stube HEMAT
Yogyakarta selama satu bulan. Berikut
adalah nama-nama peserta yang pernah mengikuti program ini. Seiring berjalannya
waktu, beberapa diantara mereka ternyata sudah berkarya nyata di tempat
masing-masing.
Daniel Wolu Praing diminta menjadi
guru di salah satu Sekolah Menegah Pertama (SMP) sejak tahun 2011 untuk
mengajar muatan lokal, keterampilan. Pengalaman dan pengetahuan yang dia terima
saat mengikuti eksposur Jogja tahun 2010 bermanfaat bagi siswa-siswinya. Dia juga
mengembangkannya menjadi usaha profit seperti membuat mebelair bambu, peralatan
dapur, dan dekorasi pesta. Selain mengajar di sekolah, Daniel juga melatih
anak-anak muda yang masih menganggur untuk berkarya dan bisa mendapat
penghasilan dari keterampilan membuat produk dari bambu. Harapannya adalah
anak-anak tahu aneka kegunaan bambu selain kayu bakar, pagar tanaman atau dinding
anyaman.
Oktavianus Umbu Hunga, akrab dipanggil
Okta. Sepulang dari Yogya tahun 2011, Okta menginisiasi berdirinya kelompok
pendidikan usia dini yang diberi nama Nazaret, Jl. Simpang Kemiri, Lewa, pada tahun
2012 dan berjalan baik hingga sekarang. Mula-mula ada 20 anak keluar masuk,
hingga tahun 2016 tercatat ada 41 anak yang tergabung di kelompok belajar ini
dengan rata-rata usia 3 s.d. 6 tahun. Kendala dan tantangan pasti ada seperti dicurigai
memanfaatkan anak-anak untuk mendapatkan dana sementara tidak ada respon baik
dari pemerintah setempat. Namun hal ini tidak menyurutkan semangatnya. Untuk
membiayai proyeknya, dia harus menjadi buruh proyek bangunan dan selokan. Uang
dari kerja ini digunakan untuk biaya operasional. Selanjutnya dia bekerjasama
dengan teman-temannya untuk mengajar. Mereka kebanyakan hanya lulusan SMA,
sehingga kurang paham karakter anak. Okta mengaku membutuhkan fasilitator untuk
PAUDnya, karena sekarang tinggal satu saja yang mengajar yakni seorang mahasiswa semester 6. Untuk teman-teman
yang pernah belajar di Yogya, Okta berharap agar ilmu yang dimiliki dikembangkan
dan dibagikan untuk teman-teman di kampung.
Marselina saat ini menjadi vikaris di
salah satu gereja di Sumba Barat. Dia menuturkan bahwa pengalamannya mengikuti
program eksploring ke Stube HEMAT Yogyakarta pada tahun 2012 memberi arti
banyak dalam perjalanan hidupnya. Selama di Yogya dia belajar mengolah makanan
dengan bahan lokal seperti ketela dan ketan menjadi aneka makanan. Saat kembali
ke Sumba, dia mengerjakan apa yang sudah dipelajari dan dia bagikan pengetahuan
dan ketrampilan tersebut kepada teman-teman di kampus. Dari kemampuannya
membuat makanan dari bahan lokal tersebut, dia bisa membeli hp nya yang
pertama. Sebagai seorang calon pendeta, keterampilan
mengolah bahan lokal ini sangat membantunya meningkatkan ketrampilan anggota
jemaat, khususnya kaum perempuan.
Ningsih merupakan anggota kelompok
tani perempuan di desa Wangga yang bernama Rinjung Pahamu. Meski
berdomisili 5 km jauhnya dari Wangga dan harus ditempuhnya dengan berjalan
kaki, tidak menyurutkan keinginannya
untuk bergabung dan belajar pertanian di kelompok tani tersebut. Kesempatan
belajar mendalami pertanian di Yogyakarta pada tahun 2014 menjadi kesempatan yang
luar biasa buat Ningsih. Pengalaman tersebut dipraktekkan di kelompok tani Rinjung Pahamu, dan hasilnya terlihat saat panen bawang
merah. Dari 50 kg bibit bisa menghasilkan panen 150 kg bawang merah. Saat ini Ningsih
berkesempatan melanjutkan studi untuk mengambil diploma pada Akademi Komunitas
Negeri (AKN) Waingapu.
Masih banyak cerita anak muda yang
berkarya buat sekitarnya dan masih banyak anak muda yang ingin berkarya dan
berguna. Empat anak muda ini menjadi contoh sederhana berkarya dengan apa yang
ada pada diri mereka dengan niat yang baik. Berkaryalah terus seiring waktu
yang terus melaju. (ITM).
Komentar
Posting Komentar