Stube-HEMAT Sumba
adalah wadah yang disediakan bagi kaum muda dan mahasiswa di Sumba untuk
memperlengkapi diri agar mampu melihat dengan bijaksana berbagai hal yang
terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat. Dalam kehidupan manusia ketika
berinteraksi dengan orang lain, dan dalam interaksi sering terjadi ketimpangan
karena ada ketidakadilan yang dilakukan terus-menerus bahkan terstruktur.
Kemampuan melihat dan
menganalisa ketidakadilan yang terjadi di masyarakat perlu diberikan kepada
anak-anak muda dan mahasiswa. Melalui
pelatihan tentang Nilai-nilai Kristiani dan Ketidakadilan dengan tema Siapakah
Aku, Stube HEMAT Sumba berharap akan muncul generasi muda yang memiliki
keberanian menyuarakan nilai-nilai Kristiani serta menegakkan keadilan sosial
dan mampu menjawab persoalan ketidakadilan yang terus terjadi hingga saat ini.
Pelatihan berlangsung
selama tiga hari, Jumat – Minggu 11- 13 Maret 2016 di GKS Kanjonga Bakul,
Kecamatan Nggaha Ori Angu, Sumba Timur, dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai
kampus di Sumba dan pemuda Gereja setempat. Para peserta antusias dalam
mendengarkan materi serta aktif menanggapi berbagai pertanyaan dan tanggapan
yang diberikan.
Narasumber dalam
pelatihan ini antara lain, Pdt. Dominggus Umbu Deta, S.Th, yang juga
koordinator Stube-HEMAT Sumba, menyampaikan materi tentang nilai-nilai
Kristiani dengan melihat berbagai ketidakadilan yang terjadi dalam Alkitab.
Pembahasan ini lebih mengarah pada tokoh-tokoh Alkitab yang berjuang menegakan
keadilan pada jamannya. Para peserta memiliki kesempatan fokus pada tokoh
tertentu dalam diskusi kelompok.
Vicaris Lusandry
Karanggu Limu, M.Th., salah seorang nara sumber pelatihan, berbicara tentang ‘Eksistensi
orang muda yang berkarakter Kristiani’. Sesi ini mengajak peserta lebih fokus untuk menindaklanjuti atau
menangani berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, terutama
menjadikan Yesus sebagai sumber etika dalam melakukan hal tersebut.
Umbu Ndata Djawa Kori,
SH yang bekerja sebagai pengacara, memaparkan dalam sesi yang diampunya tentang
‘Pemetaan masalah ketidakadilan di Sumba Timur dan solusinya’. Pada pembahasan
ini, peserta diajak melihat berbagai kesenjangan yang terjadi baik
internasional, nasional maupun lokal. Tidak hanya melihat masalah di Sumba
Timur, tetapi bagaimana hukum berbicara tentang ketidakadilan. Hukum lebih
cenderung mengarah pada suatu aturan baik tertulis maupun lisan dan apabila ada
yang melanggar akan mendapat sanksi tegas. Karena itu, keadilan merupakan kelakuan
atau perilaku untuk menegakkan hukum itu sendiri.
Irmawati Rambu Konga,
yang akrab dipanggil Irma, mahasiswi STT GKS, yang menjadi peserta mengatakan,
“Kegiatan yang diselenggarakan oleh Stube-HEMAT Sumba sangat membantu saya bagaimana
menerapkan nilai-nilai Kristiani dengan
cara yang benar, terutama meneladani para tokoh Alkitab yang bertindak untuk
menegakkan keadilan”.
Manfaat pelatihan ini juga dirasakan Jufrhy Adipapa, mahasiswa Unkriswina, Waingapu yang mengatakan, “Dimana ada kehidupan maka di situ pasti dimungkinkan ada pelanggaran hukum, kesenjangan dan ketidakadilan. Melalui kegiatan ini kita semua sebagai generasi muda diingatkan dan diharapkan dapat mulai menegakkan keadilan yang diawali dari diri sendiri saat berinteraksi dan hidup dengan orang lan.” (BET)
Manfaat pelatihan ini juga dirasakan Jufrhy Adipapa, mahasiswa Unkriswina, Waingapu yang mengatakan, “Dimana ada kehidupan maka di situ pasti dimungkinkan ada pelanggaran hukum, kesenjangan dan ketidakadilan. Melalui kegiatan ini kita semua sebagai generasi muda diingatkan dan diharapkan dapat mulai menegakkan keadilan yang diawali dari diri sendiri saat berinteraksi dan hidup dengan orang lan.” (BET)
Komentar
Posting Komentar