“Yuk ngobrol pakai bahasa
Inggris!” Ajakan ini bisa jadi dihindari sebagian besar mahasiswa, karena
merasa tidak memiliki kosakata yang cukup. Tapi bagi sebagian lagi merasa bahwa
ini adalah tantangan yang harus dihadapi. Benar, berbahasa adalah kombinasi
pengetahuan, keterampilan dan seni, jadi kemampuan berbahasa ini akan semakin
terasah ketika dilakukan secara berkelanjutan. Demikian pula di Sumba,
kemampuan berbahasa Inggris perlu dikembangkan di kalangan anak muda dan
mahasiswa Sumba untuk membantu memampukan mereka membangun komunikasi antar
manusia di tengah keragaman bahasa di dunia, menguasai berbagai ilmu dan
pengetahuan, bahkan, berkompetisi dalam dunia kerja secara global.
Stube-HEMAT Sumba membuka
kelas bahasa Inggris dengan mengambil muatan lokal keindahan alam Sumba
sehingga pembelajar tidak merasa asing dengan yang dipelajari. “Let’s Talk: The Gorgeous Sumba” menjadi
swa-modul yang disusun mandiri oleh Stube-HEMAT. Buku ini berisi bacaan dan
dialog singkat yang mengangkat berbagai potensi alam, keunikan budaya dan tokoh
yang dikenal memiliki kontribusi positif untuk Sumba. Keindahan pantai dan
keunikan air terjun mewakili potensi alam Sumba. Rumah tradisional di kampung
adat dan kemegahan kubur batu menjadi daya tarik budaya Sumba, kemudian karya
sentuhan tangan Yacob Tanda dan Gideon Mbiliyora melengkapi buku ini. Ternyata,
setelah membaca modul tersebut, sebagian peserta baru mengetahui tempat-tempat yang
dimuat di buku ini. Mereka pun akhirnya mendatangi secara langsung dan
membuktikan keindahan dan keunikan tempat itu.
“Menurut saya buku ini
bagus, sederhana tapi menarik, karena kami dapat belajar bahasa Inggris dengan
cara yang berbeda, di mana kami tidak hanya dituntun membaca serta mengartikan
saja, namun kami juga belajar mengetahui alam sekitar khususnya air terjun yang
kami sendiri belum tahu, ditambah dengan tes rekaman yang membuat kami tambah semangat,”
kata Ana Ratundima. Tak ketinggalan, Elsi berpendapat, “Menurut saya, kursus
bahasa Inggris itu baik dan sangat bermanfaat bagi anak Sumba, karena kami
belajar bahasa Inggris dengan teks berisi muatan lokal yang ada di Sumba, sebenarnya
asyik dengan cara belajar seperti itu.”
Dari kacamata instruktur,
Salmon Pandarangga, S.Si., M.Si, peserta rata-rata antusias dengan materi yang
diberikan, kemampuan memang harus terus ditingkatkan, juga harus menciptakan
kelompok teman yang bisa diajak belajar dan bercakap memakai bahasa Inggris, terlebih
untuk bisa mempromosikan Sumba ke tingkat dunia. Hal ini dibenarkan oleh
Trustha Rembaka, S.Th, koordinator Stube HEMAT Yogyakarta yang berkesempatan
menjadi instruktur untuk beberapa kali pertemuan saat berada di Sumba. “Peserta
nampak antusias dalam belajar bahasa Inggris meski beberapa kali menemui
kata-kata baru dan harus mencari artinya di kamus. Sebagai teknik lain, pertemuan diadakan di
luar ruang, di bawah pohon cendana, karena panas menyengat atap seng rumah di
Waingapu. Dan di akhir tahapan belajar bahasa Inggris, peserta menjalani tes
berupa ‘text reading’ dari sebuah
bagian bacaan” jelasnya.
Yuk, teman muda
promosikan Sumba dengan memakai bahasa Inggris. (TRU).
Komentar
Posting Komentar