Selamat Datang di Sumba: Berbagi Ilmu dan Belajar Bersama (Utusan Stube-HEMAT Yogyakarta dalam program Exploring Sumba)
“Selamat datang di
Sumba!” kata Yulius Anawaru, salah seorang team Stube-HEMAT Sumba saat
menjemput Petrus Maure dan Elisabet Novia Listiawati di Bandara Umbu Mehang
Kunda, Waingapu. Setelah menempuh perjalanan dari Yogyakarta dan transit di
Denpasar, akhirnya Bung Pet dan Elis panggilan akrab dua sahabat ini keluar
dari pesawat Nam Air dan menjejakkan kaki di Sumba.
Pastinya, ini merupakan
kesempatan pertama datang dan menjejakkan kaki di tanah Sumba yang dikenal
dengan bumi Marapu. Apriyanto Hangga, yang juga team Stube-HEMAT Sumba
menangkap rona kekagetan dalam diri mereka yang terekspresikan lewat mimik muka
keduanya ketika keluar dari bandara dan melihat sekeliling jalan menuju
sekretariat Stube-HEMAT Sumba.
Siapakah mereka dan apa
yang mereka akan lakukan di Sumba? Ya, kedua orang ini adalah peserta Exploring
Sumba yang diadakan Stube-HEMAT Yogyakarta, yang akan berada di Sumba selama
tiga puluh hari dan membagikan pengetahuan dan keterampilan mereka kepada
mahasiswa dan kaum muda Sumba.
Sesampainya di
sekretariat Stube-HEMAT Sumba yang terletak di Payeti Waingapu, Pdt. Dominggus
Umbu Deta, S.Th., koordinator Stube-HEMAT Sumba mengungkapkan bahwa program
Exploring Sumba ini sangat berdampak dan menunjang program-program
yang ada di Stube-HEMAT Sumba. Diantaranya program Pertanian, Jurnalistik
dan Komputer multimedia. Di beberapa program, baik team maupun peserta sangat
terbatas dalam pemahamannya, sehingga dengan adanya team Exploring Sumba
sungguh bermanfaat bagi Stube-HEMAT Sumba.
“Bagi peserta Exploring
Sumba, kiranya dapat membagikan ilmu sebanyak-banyaknya, dengan agunan waktu
yang singkat, dalam beberapa hari ke depan, agar apa yang menjadi tujuan dalam
program Exploring Sumba ini dapat tercapai”, harap Pdt Domi.
Tak lupa Pdt. Domi juga
mengungatkan bahwa tantangan pun selalu ada, termasuk dalam menjalani Exploring
Sumba ini karena peserta berangkat dari disiplin ilmu yang berbeda-beda, respon
dan pemahaman pada masing-masing peserta tentu beranekaragam pula, maka setiap
program yang disajikan dalam pembelajaran bersama tentu membutuhkan waktu
proses belajar yang relatif lama. Karena itu dapat dipastikan dalam penyajian
program kerja tidak semua peserta dapat mengikutinya dengan baik sesuai
harapan. “Tantangan ini juga dialami oleh setiap peserta Exploring Sumba
sebelumnya”, pungkasnya.
Selama di Sumba Petrus
Maure berencana mengadakan pelatihan komputer khususnya mendesain menggunakan
Corel Draw dan Photoshop, sedangkan Elis akan mengadakan sosialisasi dan
pendampingan berupa optimalisasi pekarangan rumah dengan tanaman obat keluarga
(Toga) berbasis pertanian berkelanjutan. Selama di Sumba keduanya tinggal di
rumah salah seorang team Stube-HEMAT Sumba, yaitu keluarga Yulius Anawaru,
S.Pt, di desa Wanggawatu, Kecamatan Kambera, Sumba Timur. (TRU)
Komentar
Posting Komentar