Gejolak permasalah sosial
dewasa ini semakin kompleks baik dalam kehidupan bermasyarakat ataupun jemaat
gereja, sehingga memerlukan campur tangan dari berbagai pihak. Gereja sebagai
salah satu elemen dalam kehidupan bermasyarakat perlu berperan aktif melihat
persoalan-persoalan sosial yang ada sesuai dengan tiga panggilan gereja yaitu
bersekutu, melayani dan bersaksi.
Dalam perjalanan Yesus
selama mengabarkan berita kebenaran, Yesus tidak hanya menyatakan kematian,
kebangkitan dan kenaikkan namun Yesus juga menyembuhkan yang sakit, memberikan
makan orang yang lapar, memelihara orang yang miskin, mengusir roh jahat serta
melawan ketidakadilan sebagai cara menghadirkan kerajaan ALLAH. Demikian juga
gereja seharusnya mampu melihat berbagai persoalan sosial yang ada dalam
masyarakat atau jemaat di sekitarnya.
Ada tertulis dalam Yesaya
61:1-2 ’Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi Aku: Ia
telah mengutus Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara,
dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari
penjara, dan untuk memberitahukan tahun rahmat Tuhan”. Berdasarkan hal
tersebut Stube HEMAT Sumba terpanggil dan merasa perlu membekali mahasiswa
untuk menghadapi dan berkontribusi menyelesaikan persoalan-persoalan sosial
yang ada.
Untuk merealisasikan hal
tersebut di atas, Stube HEMAT Sumba merealisasikan dalam bentuk pelatihan yang
bersifat in-class dan out-class dengan tema “Gereja dan Persoalan Sosial”.
Kegiatatan ini bertempat di aula Yayasan “Bina Karya Swadaya” yang berlokasi di
Wai We, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur yang dilaksanakan pada tanggal 23
– 25 Januari 2015. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai kampus
yang ada di Kabupaten Sumba Timur dengan jumlah peserta sebanyak 26 orang.
Adapun yang menjadi
pemateri dalam kegiatan ini adalah board Stube HEMAT, Pdt. DR. Tumpal, M.P.L
Tobing, Mag.Theol, yang melayani di Jakarta, Pdt. Umbu Bolu, M.Th, Pdt. Irene
Umbu Lolo, M.Th, Vicaris Yuliana W. Kilimandu, S.Th, Pdt. Dominggus Umbu Deta,
S.Th, dan I Gusti Made Raspita, seorang penggiat lingkungan hidup di Sumba.
Dalam menyampaikan materi setiap narasumber mengungkapkan persoalan sosial yang
ada serta bagaimana masyarakat dan jemaat menanggapi setiap persoalan tersebut.
Pemateri juga memberikan masukan untuk menghadapi persoalan-persoalan tersebut.
Di tengah kegiatan
pelatihan, peserta mendapat kunjungan beberapa koordinator Stube dari Jerman
yang memberi kesempatan kepada para peserta berbagi pengalaman yang diperoleh
dari masing-masing daerah. Ada hal menarik yang dipesankan oleh Angelika salah
satu tim dari Stube HEMAT Jerman, yang mengatakan, “Kalian punya alam yang luar
biasa dan jangan pernah berpikir untuk merubahnya karena ketika kamu ingin
merubahnya, kalian tak akan pernah bisa kembali ke awal mula. Alam kalian sangat
tenang dan pertahankan itu semua untuk dunia ini”. Ungkapan ini mungkin keluar
secara spontan, tetapi bagi kami hal ini seperti sebuah harapan yang sangat
besat yang dititipkan kepada peserta dan masyarakat Sumba pada umumnya.
Pada akhir sesi pelatihan
perserta diajak mengunjungi perkebunan yang ada di sekitar Yayasan Bina Karya
Swadaya, untuk menumbuhkan rasa cinta pada alam agar bisa melestarikan alam
sekitar serta dapat menggunakan pupuk organik saat mengelola pertanian. Peserta
juga diharapkan dapat menjadi penyampai informasi kepada masyarakat awam bahwa
sangat penting menjaga alam yang Tuhan percayakan kepada kita untuk dikelola.
(ABN).
Komentar
Posting Komentar