Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu itu pun
tiba. Tepat jam 05.00 WITA, Senin, 1 September 2014. kami berangkat dari pelabuhan
Waingapu berlayar menggunakan Kapal Motor (KM) Awu. Aku bersama lima peserta
lainnya yaitu, Ignasius Umbu Reda Anabuni, Feni Kaita Lepir, Ningsih Tamu Apu,
Berhardyanto Lobo Mone dan Jems Umbu Yiwa Ndapangadung menjadi utusan
Stube-HEMAT Sumba untuk belajar di Yogyakarta selama satu bulan.
“Wahhh......., kapalnya sarat sekali dengan
penumpang” pikirku. Akibatnya kami tidak mendapat tempat tidur. Di tengah-tengah
kebingunganku itu, karena tidak tahu harus tidur di mana, Abner, salah satu
aktivis Stube-HEMAT Sumba, yang kebetulan satu kapal karena ia mengantar
adiknya yang akan kuliah, mengatakan, “Tidur saja di situ! mau cari tempat di mana
lagi?”
“Waduh, di situkah?” ungkapku karena terkejutnya
disuruh tidur di bawah tangga. Tapi apa boleh buat, tidak ada pilihan lain
karena memang tidak ada tempat lain. Dengan beralaskan tikar dari kertas semen
kami membaringkan tubuh kami untuk melepas lelah. Dan aku sempat berefleksi
bahwa, aku harus bersyukur dengan keadaan ini, dan tidak lama. Sedangkan di luar
sana banyak orang yang tidak memiliki tempat tinggal yang harus menjalani
hidupnya di emper toko dengan alas kardus bekas.
Meskipun tidur di bawah tangga dan badan
sakit ngilu, kami tetap menikmatinya. Aku menemukan pengalaman menarik,
sekalipun awalnya tidak saling kenal dengan penumpang yang lain, tetapi karena berasal
dari satu daratan Sumba, dan berada di satu kapal akhirnya kami menjadi akrab,
bertukar cerita dan suasana menjadi hidup sepanjang hari.
Hari berikutnya, dan masih tetap di atas
kapal, perlahan kami dapat menikmati tidur dengan nyenyak. Setelah sampai di
Benoa, Bali, akhirnya kami mendapat alas tidur yang layak, karena banyak penumpang
yang turun di Benoa.
Di Tanjung Perak, Surabaya, dari atas KM Awu,
aku melihat gedung-gedung yang asing, begitu berbeda dengan keadaan di Sumba.
Hati berdebar-debar menunggu saat pertama kali kakiku menjejak tanah Jawa. “Oh,
akhirnya aku bisa sampai di pulau Jawa!” kataku. Tak lama lagi aku sampai di
Yogyakarta, meski masih ada satu perjalanan menggunakan travel dari Surabaya
menuju Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar