‘Experiential Learning’
merupakan bentuk pembelajaran yang lebih bermakna karena memberikan pengalaman
langsung kepada anak didik terhadap suatu materi pembelajaran. Bentuk
pembelajaran ini memberikan manfaat besar bagi anak didik karena mereka tidak
hanya belajar tentang konsep materi saja, namun terlibat secara langsung dalam
proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman dan menemukan
hal-hal baru.
Begitu pula Stube-HEMAT Sumba memberi kesempatan kepada mahasiswa dan kaum muda aktivis
Stube-HEMAT Sumba untuk belajar di Yogyakarta selama satu bulan. Di Yogyakarta
mereka berkesempatan mempelajari topik-topik pembelajaran yang baru antara
lain, batik jumputan, sulam pita, jurnalistik dan seni kemasan (packaging).
Selain itu juga mengembangkan pengetahuan mereka seperti pertanian terpadu,
pertanian lahan pasir, kreasi bambu dan peternakan terpadu.
Tahun 2014 ini
Benhardyanto Lobo Mone (GKS Makamenggit), Feni Kaita Lepir (GKS Kombapari),
Ningsih Tamu Apu (GKS Payeti), Jems Umbu Yiwa Ndapangadung dan Ignasius Umbu
Reda Anabuni (STIE Kriswina) dan Yumi Takadjadji (STT Lewa) terpilih menjadi
utusan Stube-HEMAT Sumba untuk belajar ke Yogyakarta dari tanggal 4 sampai
dengan 29 September 2014.
Jurnalistik menjadi salah
satu menu belajar, dimana peserta dilatih mengungkapkan apa yang mereka lihat,
dengar dan rasakan, selanjutnya diwujudkan dalam bentuk tulisan.
Tulisan-tulisan itu menjadi ‘amunisi’ untuk mendokumentasikan kekayaan budaya
Sumba, mempromosikan potensi wisata Sumba, mengungkap fakta masalah sosial
masyarakat, mengembangkan kemampuan diri dan bahkan menambah pendapatan.
Peserta Eksposur
Yogyakarta menunjukkan hasil karyanya. Berikutnya, batik jumputan, sulam
pita dan seni kemasan (packaging) dipelajari oleh peserta dengan antusias.
Keterampilan ini membekali peserta mempromosikan diri dan membangun kemandirian
melalui wirausaha souvenir dan asesoris.
Pertanian dan peternakan
yang sehari-hari sudah diterapkan di Sumba diperkaya dengan pengetahuan
pengelolaan pertanian terpadu dan sistem pemeliharaan babi yang berkualitas.
Pertanian terpadu dengan memanfaatkan air irigasi yang didistribusikan untuk
kolam ikan, ternak itik dan akhirnya masuk ke lahan pertanian. Kemudian ternak
babi ditingkatkan melalui perbaikan bibit babi, pemilihan pakan yang sehat dan
pemeliharaan yang berkualitas.

Saatnya anak muda
membangun Sumba menjadi lebih baik. Selamat berproses! (TRU).
Komentar
Posting Komentar