Turun ke lapangan dan berinteraksi dengan masyarakat untuk
menggali informasi merupakan salah satu cara memotret Sumba sebagaimana sudah
dipelajari dalam pelatihan analisis sosial beberapa waktu yang lalu. Dalam
tindak lanjut kegiatan ini, sesuai pembagian kelompok yang sudah dilakukan,
masing-masing kelompok terjun sesuai topik permasalahan yang diangkat.
Banyak hal menarik yang didapatkan karena apa yang dipikirkan
di awal, ternyata tidak selamanya benar dengan apa yang terjadi di lapangan. Wawancara
yang dilakukan peserta, membuat mereka bisa mengerti persoalan yang sebenarnya
bahkan mereka juga belajar tentang karakter responden yang begitu beragam.
Ada pengalaman yang menarik saat kelompok pasar turun ke lapangan
untuk wawancara, karena salah satu peserta yakni Elsy tersiram air dari atas
tingkat, seolah membantu mendinginkan siang yang panas waktu itu. Yang membanggakan
adalah semangat mereka bertemu dan berinteraksi dengan para pedagang pasar
meski kadang para pedagang menolak untuk diajak wawancara bagaimana tata kelola
pasar yang kurang jelas tersebut. Bahkan diantara mereka menyatakan enggan
berkomentar untuk masalah pengelolaan pasar karena punya rasa takut.
Kelompok yang mencermati kehidupan petani di Mauliru
menemukan fakta di lapangan bahwa banyak petani sudah menggadaikan sawahnya
untuk mencukupi kebutuhan mendesak dan tidak mempunyai jalan keluar selain
menggadaikan sawah. Pada umumnya mereka menggadaikan sawah mereka kepada para
pemilik modal atau pegawai negeri dan dengan mudah mereka melepas sawahnya pada
harga murah hanya karena kebutuhan uang untuk melaksanakan adat. Pada akhirnya
mereka menjadi buruh tani di tanah mereka sendiri.
Kelompok yang mengamati pemulung, menyatakan bahwa banyak
diantara para pemulung tersebut berusia dini. Mereka melewatkan waktu bermain untuk
membantu orang tua mereka karena tekanan ekonomi. Sepanjang investigasi peserta
tidak menemukan adanya pemulung cilik yang meninggalkan sekolah, namun pemulung
cilik tersebut tidak punya waktu seperti layaknya anak-anak yang lain.
Selanjutnya kelompok ini bisa mempertemukan orang yang memiliki keprihatinan
atas dunia pendidikan yang mengajar pemulung-pemulung cilik tersebut dan
mendapatkan buku-buku bacaan serta beberapa alat tulis.
Kelompok ijon menemukan fakta di lapangan adanya
ketergantungan masyarakat Lewa pada tengkulak sehingga membuat Lewa yang seharusnya
merupakan lumbung padi menjadi wilayah rawan pangan. Hal ini disebabkan karena masyarakat
yang meminjam uang atau barang pada tengkulak, harus membayar dengan bunga 100%.
Inilah salah satu contoh yang membuat masyarakat Lewa tetap berada pada
garis kemiskinan.
Kelompok-kelompok mahasiswa pengamat di atas berusaha
mendapatkan data akurat untuk bisa dipaparkan pada anggota dewan yang baru
sebagai referensi program yang akan dilaksanakan. Semoga bermanfaat. ***(ABR)
Komentar
Posting Komentar