Eksposur ke Stube-HEMAT Yogyakarta 2013






Eksposur ke Stube-HEMAT Yogyakarta merupakan salah satu program Stube-HEMAT Sumba untuk para peserta dan aktivisnya. Program ini selalu dinantikan setiap tahun oleh peserta pelatihan di Sumba karena peserta dari kalangan mahasiswa dan pemuda dari Sumba berkesempatan belajar di Yogyakarta selama kurang lebih satu bulan.

Mengapa ke Yogyakarta? Stube Indonesia berawal di Yogyakarta, lebih-lebih kota ini dikenal sebagai kota pelajar, budaya dan wisata. Sebagai kota pelajar, tempat ini membuat sebagian besar kaum muda dari pelosok nusantara ingin melanjutkan studi mereka di kota ini dengan beragam pilihan lembaga pendidikan, fasilitas pendidikan yang lengkap, suasana kota yang nyaman untuk belajar serta biaya hidup yang relatif terjangkau dibanding daerah lain. Sebagai kota budaya dan wisata tentu memiliki kekayaan seni dan tradisi juga kreativitas yang dapat dilihat dengan banyaknya kawasan wisata, ragam karya seni kerajinan, cinderamata serta kuliner.

Dengan membawa peserta ke Yogyakarta, program ini bertujuan memberi pengalaman nyata karena mereka melihat dan merasakan langsung berbagai keadaan baru dan tentunya berbeda dari yang biasa mereka alami di Sumba. Selanjutnya dengan pengalaman ini, peserta diharapkan bisa mempelajari banyak hal dan berpotensi untuk dikembangkan di Sumba.



Peserta tahun ini adalah Linus Hamba Karenga (23) dari STIE Kriswina Waingapu, Marliani Yakoba Betriks Lay (19) mahasiswa STT GKS Lewa, Iriyani Gayatri Elsi Lodo (20) mahasiswa STT TERPADU Waingapu, kemudian Antonius Karepi Andung (23) dan Danial Wolu Paraing (32), keduanya merupakan pemuda GKS Kanjonga Bakul, dan Gemelman Rada Muri (20) pemuda GKS Praipaha.



Kegiatan dimulai tanggal 4 Juli 2013 sampai dengan 4 Agustus 2013 dengan berbagai pelatihan dan kegiatan ketrampilan di beberapa tempat belajar berdasarkan kelompok minat, seperti teknik dasar penyablonan kaos, pertanian terpadu dan pertanian lahan pasir, pembuatan pupuk Kascing, produk kuliner dengan bahan lokal, pemanfaatan limbah bungkus kopi, menjahit aneka pernik dari kain flanel, serta aneka produk bambu. Selain itu peserta mendapat kesempatan belajar public speaking, wirausaha, memetakan potensi budaya Sumba, lingkungan dan alam serta memahami gender.



Kunjungan mengenal kota Yogyakarta, pengalaman naik kereta api ke Solo, melihat Borobudur, menjadi agenda pelengkap dari program ini.  Akhirnya, tindakan nyata peserta untuk membawa harapan baru di kalangan anak muda Sumba sangat diharapkan. (TRU).



Komentar