Mengacu pada angka
pengangguran di Indonesia sangat tinggi, dan ditunjang pada karakter masyarakat
yang selalu menggantungkan diri pada ketersediaan pekerjaan yang disediakan
oleh pemeintah, maka setiap orang ditantang untuk berkompetisi untuk
mempertahankan hidup. Tentu hal ini harus menjadi perhatian yang besar dari
pihak masyarakat termasuk masyarakat Sumba secara khusus.
Pertanyaannya bagaimana
orang dapat memulai usaha ketika mereka tidak memiliki uang untuk berinvestasi?
Tentu pertanyaan ini merupakan paradigma lama yang tidak boleh diwariskan pada
generasi selanjutnya. Melihat fenomena dengan paradima demikian, maka perlu bagi
pemuda dan mahasiswa kristen tidak tinggal pada pola pikir lama, karena itu
Stube HEMAT Sumba melaksanakan pelatihan kewirausahaan untuk membentuk para
wirausaha yang dapat melihat dan memanfaatkan segala peluang usaha yang ada di sekitarnya.
Sesi berikutnya oleh Ibu
Yulita Pakereng, yang mengarahkan peserta untuk mengambil langkah-langkah
emansipasi pikiran orang muda Sumba sehingga mereka dapat berpikir untuk
menolong diri mereka sendiri, dalam memulai bisnis atau usaha tanpa adanya
kebergantungan dari pihak lain. Pada sesi ini peserta mendapat motivasi dan
modal berbagai pengalaman yang kelak akan dijadikan sebagai panduan dalam
memulai berbagai usahanya. Antara lain, merintis usaha baru, mengembangkan
rencana usaha (business-plan), manajemen wirausaha, dan lain-lain.
Ibu Siti Suryani selaku
pembicara selanjutnya menyampaikan materi karakter perwatakan pribadi dari
seorang pelaku usaha. Materi yang disampaikan yaitu, berwirausaha adalah suatu
gaya hidup dan prinsip-prinsip tertentu yang mempengaruhi strategi dan karakter
pelaku usaha, bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil
resiko, mengambil keputusan-keputusan dan menghadapi resiko untuk mencapai
tujuan, menyusun prioritas dalam sasaran karier, dengan hasil-hasil yang
diinginkan harus berkaitan dengan yang dapat diukur dan berarti.
Dalam pelatihan ini peserta
melakukan simulasi terhadap cara kita memandang sesuatu. Dilakukan oleh tiga
orang peserta dalam posisi berdiri yang searah untuk melihat angka tiga dari
berbagai arah/segi. Di sini jelas bahwa cara pandang orang terhadap angka 3
jelas beda, inipun menunjukan bahwa cara pandang kita terhadap sesuatu tentu
akan berbeda dengan orang lain. Tentu membutuhkan suatu kreativitas untuk
mengartikan sudut pandang sebagai suatu peluang yang harus kita tangkap dan
kita kelola untuk menjadi sesuatu yang berarti dan berdaya guna.
Dari analisis potensi
usaha yang dipelajari oleh peserta, maka dalam kesempatan ini Stube-HEMAT Sumba
memfasilitasi peserta dalam rangka melanjutkan jenis usaha yang ingin
dikembangkan, di antaranya penjualan gorengan dan penjualan tongseng anjing.
Analisa ini dipandu saudara Apriyanto Hangga selaku team Stube-HEMAT Sumba, sebagai
rencana tindak lanjut dari kegiatan yang dimaksud. Masing-masing kelompok
mendapat modal Rp 500.000 sebagai starter dalam memulai usaha.
Selamat bekerjasama dan berpraktek,
jangan mudah menyerah teman-teman.
Komentar
Posting Komentar