Yogyakarta dikenal
sebagai kota pelajar. Hampir semua pelajar di Indonesia ingin melanjutkan
belajar mereka di kota ini, namun hanya sebagian kecil yang mampu
mewujudkannya. Berbagai keuntungan yang ada antara lain pilihan lembaga
pendidikan yang sangat beragam, fasilitas penunjang pendidikan yang lengkap,
suasana kota yang nyaman untuk menimba ilmu serta biaya hidup yang relatif
murah menjadi daya tarik bagi mereka.
Stube-HEMAT Sumba berinisiatif memberi kesempatan kepada mahasiswa dan pemuda dari Sumba untuk
belajar di Yogyakarta. Dengan membawa ke Yogyakarta tentu memberi
pengalaman yang menarik karena mereka melihat perbedaan-perbedaan yang ada dan
mempelajari banyak hal yang tentunya baru.
Mereka adalah Yonatan
Kura (23) dan Henggu Hama Pati (23) mahasiswa STIE Kriswina Waingapu, Angraini
Warata (21) dan Marselina Loda Ana Amah (22) keduanya dari STT GKS Lewa, serta
Antonius Karepi Andung (22) pemuda GKS Kanjonga Bakul, Apriajes Lay (23) pemuda
GKS Mauhau.
Selama 3 minggu, dari 29
Agustus – 18 September 2012 mereka berada di berbagai lokasi untuk belajar dan
mengasah keterampilan yang nantinya dikembangkan di Sumba, antara lain di
Yayasan Sahabat Gloria belajar mengenai lele kolam terpal, pupuk pokcing dan
sayuran organik. Di Sahabat Bambu, didampingi oleh Indra Setiadharma
mempelajari teknik pengawetan bambu. Dan masih berkaitan dengan bambu, di Karti
Aji, Minggir, Sleman para pemuda ini belajar menganyam bambu menjadi beraneka
ragam bentuk dan fungsi.
Sedangkan di Samas mereka
belajar pertanian memanfaatkan lahan pasir kepada Pak Subandi, seorang pioner
dalam Pertanian Lahan Pasir Samas. Selain itu, mereka dibekali dengan kemampuan
mengolah makanan berbahan dasar lokal seperti tepung MOCAF, tepung ketan dan
tepung pisang menjadi kue bolu dan bermacam kue kering.
Sebagai pelengkap
kunjungan belajar di Yogyakarta, mereka mengunjungi kawasan wisata Malioboro,
Candi Borobudur, Kebun Binatang Gembira Loka dan Komunitas Belajar Sanggar Anak
Alam serta pengalaman baru naik kereta api.
Harapan kegiatan ini
sangat jelas, yaitu supaya mereka mengalami pencerahan dan terbukanya pikiran
serta keberanian mengambil peluang pengembangan di Sumba, seperti yang
diungkapkan oleh salah satu peserta, Antonius “Sebelum mengikuti Stube tidak
tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi setelah mengikuti, jadi tahu apa yang
bisa dilakukan, misalnya pupuk organik untuk lahan pertanian, bambu yang punya
banyak kegunaaan seperti untuk kerajinan dan kursi, dan masih banyak hal lagi
yang semuanya itu nanti akan dibagikan kepada teman-teman dan
masyarakat.” (TRU).
Komentar
Posting Komentar